BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Konsep hidup sehat H.L.Blum sampai saat ini
masih relevan untuk diterapkan. Kondisi sehat secara holistik bukan saja
kondisi sehat secara fisik melainkan juga spiritual dan sosial dalam
bermasyarakat. Untuk menciptakan kondisi sehat seperti ini diperlukan suatu
keharmonisan dalam menjaga kesehatan tubuh. H.L Blum menjelaskan ada empat
faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Keempat faktor
tersebut merupakan faktor determinan timbulnya masalah kesehatan.
Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor
perilaku/gaya hidup (life style), faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik,
budaya), faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor
genetik (keturunan). Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang
mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat. Diantara
faktor tersebut faktor perilaku manusia merupakan faktor determinan yang paling
besar dan paling sukar ditanggulangi, disusul dengan faktor lingkungan. Hal ini
disebabkan karena faktor perilaku yang lebih dominan dibandingkan dengan faktor
lingkungan karena lingkungan hidup manusia juga sangat dipengaruhi oleh
perilaku masyarakat.
Di zaman yang semakin maju seperti sekarang ini
maka cara pandang kita terhadap kesehatan juga mengalami perubahan. Apabila
dahulu kita mempergunakan paradigma sakit yakni kesehatan hanya dipandang
sebagai upaya menyembuhkan orang yang sakit dimana terjalin hubungan dokter
dengan pasien (dokter dan pasien). Namun sekarang konsep yang dipakai adalah
paradigma sehat, dimana upaya kesehatan dipandang sebagai suatu tindakan untuk
menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan individu ataupun masyarakat (SKM dan
masyarakat).
Dengan demikian konsep paradigma sehat H.L. Blum
memandang pola hidup sehat seseorang secara holistik dan komprehensif.
Masyarakat yang sehat tidak dilihat dari sudut pandang tindakan penyembuhan
penyakit melainkan upaya yang berkesinambungan dalam menjaga dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Peranan Sarjana Kesehatan Masyarakat dalam hal
ini memegang kendali dominan dibandingkan peranan dokter. Sebab hubungan dokter
dengan pasien hanya sebatas individu dengan individu tidak secara langsung
menyentuh masyarakat luas. Ditambah lagi kompetensi dalam memanagement program
lebih dikuasai lulusan SKM sehingga dalam perkembangannya SKM menjadi ujung
tombak program kesehatan di negara-negara maju.
Untuk negara berkembang seperti Indonesia
justru, paradigma sakit yang digunakan. Dimana kebijakan pemerintah
berorientasi pada penyembuhan pasien sehingga terlihat jelas peranan dokter,
perawat dan bidan sebagai tenaga medis dan paramedis mendominasi. Padahal upaya
semacam itu sudah lama ditinggalkan karena secara financial justru merugikan
Negara. Anggaran APBN untuk pendanaan kesehatan diIndonesiasemakin tinggi dan
sebagian besar digunakan untuk upaya pengobatan seperti pembelian obat, sarana
kesehatan dan pembangunan gedung. Seharusnya untuk meningkatan derajat
kesehatan kita harus menaruh perhatian besar pada akar masalahnya dan
selanjutnya melakukan upaya pencegahannya. Untuk itulah maka upaya kesehatan
harus fokus pada upaya preventif (pencegahan) bukannya curative (pengobatan).
Namun yang terjadi anggaran untuk meningkatkan
derajat kesehatan melalui program promosi dan preventif dikurangi secara signifikan.
Akibat yang ditimbulkan adalah banyaknya masyarakat yang kekurangan gizi, biaya
obat untuk puskesmas meningkat, pencemaran lingkungan tidak terkendali dan
korupsi penggunaan askeskin. Dampak sampingan yang terjadi tersebut dapat
timbul karena kebijakan kita yang keliru.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
dari latar belakang diatas maka rumusan masalah makalah ini sebagai berikut :
1. Apa
yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan?
2. Apa
saja macam-macam pelayanan kesehatan dan perbedaannya?
3. Apa
syarat pokok pelayanan kesehatan ?
4. Apa
saja masalah dalam pelayanan kesehatan ?
5. Apa
dan bagaimana yang dimaksut dengan pelayanan kesehatan menyeluruh dan terpadu ?
6. Apa
dan bagaimana yang dimaksud dengan stratifikasi pelayanan kesehatan ?
7. Apa
yang dimaksud dengan mutu pelayanan kesehatan ?
8. Apa
yang dimaksud dengan pelayanan kedoteran ?
C.
TUJUAN
PENULISAN
Berdasarkan
dari rumusan masalah makalah ini maka tujuan penulusannya adalah sebagai
berikut :
1. Dapat
mengetahui yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan.
2. Dapat
mengetahui macam-macam pelayanan kesehatan dan perbedaannya.
3. Dapat
mengetahui syarat pokok pelayanan
kesehatan .
4. Dapat
memahami masalah apa saja yang terdapat
dalam pelayanan kesehatan .
5. Agar
bisa memahami apa yang dimaksut dengan pelayanan kesehatan menyeluruh dan terpadu
.
6. Dapat
mengetahui apa dan bagaimana yang dimaksud dengan stratifikasi pelayanan
kesehatan .
7. Dapat
memahami apa yang dimaksud dengan mutu pelayanan kesehatan .
8. Dapat
mengetahui apa yang dimaksud dengan pelayanan kedoteran .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
PEMBAHASAN
Menurut Hendrik L Blum, peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
dapat diukur dari tingkat mortalitas dan morbiditas penduduk yang dipengaruhi
oleh empat factor penentu, yaitu : factor – factor lingkungan (45 persen), perilaku
kesehatan (30 persen), pelayanan kesehatan (20 persen) dan kependudukan /
keturunan (5 persen).
Hendrik L Blum juga menyebutkan 12 indikator yang berhubungan dengan
derajat kesehatan, yaitu:
1.
Life spam: yaitu lamanya usia
harapan untuk hidup dari masyarakat, atau dapat juga dipandang sebagai derajat
kematian masyarakat yang bukan karena mati tua.
2.
Disease or infirmity: yaitu
keadaan sakit atau cacat secara fisiologis dan anatomis dari masyarakat.
3.
Discomfort or ilness: yaitu
keluhan sakit dari masyarakat tentang keadaan somatik, kejiwaan maupun sosial
dari dirinya.
4.
Disability or incapacity:
yaitu ketidakmampuan seseorang dalam masyarakat untuk melakukan pekerjaan dan
menjalankan peranan sosialnya karena sakit.
5.
Participation in health care:
yaitu kemampuan dan kemauan masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga
dirinya untuk selalu dalam keadaan sehat.
6.
Health behaviour: yaitu
perilaku manusia yang nyata dari anggota masyarakat secara langsung berkaitan
dengan masalah kesehatan.
7.
Ecologic behaviour: yaitu
perilaku masyarakat terhadap lingkungan, spesies lain, sumber daya alam, dan
ekosistem.
8.
Social behaviour: yaitu
perilaku anggota masyarakat terhadap sesamanya, keluarga, komunitas dan
bangsanya.
9.
Interpersonal relationship:
yaitu kualitas komunikasi anggota masyarakat terhadap sesamanya.
10.
Reserve or positive health:
yaitu daya tahan anggota masyarakat terhadap penyakit atau kapasitas anggota
masyarakat dalam menghadapi tekanan-tekanan somatik, kejiwaan, dan sosial.
11.
External satisfaction: yaitu
rasa kepuasan anggota masyarakat terhadap lingkungan sosialnya meliputi rumah,
sekolah, pekerjaan, rekreasi, transportasi.
12.
Internal satisfaction: yaitu
kepuasan anggota masyarakat terhadap seluruh aspek kehidupan dirinya sendiri.
A.
PENGERTIAN
PELAYANAN KESEHATAN
Pelayanan kesehatan merupakan faktor
ketiga yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan
fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan,
pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan
masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas
dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah
tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk
mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta program pelayanan
kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukan
B.
MACAM DAN PERBEDAAN PELAYANAN
KESEHATAN
Sekalipun
bentuk dan jenis pelayanan kesehatan banyak macamnya, namun jika disederhanakan
secara umum dapat dibedakan atas dua. Bentuk dan jenis pelayanan kesehatan
tersebut, jika dijabarkan dari pendapat Hodgetts
dan Cascio (1983) adalah:
1. Pelayanan Kedokteran
Pelayanan
kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran (medical services)
ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri (solo
practice) atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi (institution), tujuan
utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta sasarannya
terutama untuk perseorangan dan keluarga.
2. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Pelayanan
kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kesehatan masyarakat (public
health services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara
bersama-sama dalam satu organisasi, tujuan utamanya untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serata mencengah penyakit, serta sasarannya terutama
untuk kelompok dan masyarakat.
Secara sederhana, kedua pembagian
yang seperti ini dapat digambarkan:
PEMBAGIAN PELAYANAN KESEHATAN
PERBEDAAN
PELAYANAN KEDOKTERAN DENGAN PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT
|
PELAYAN KEDOKTERAN
|
PELAYANAN KESEHATAN
MASYARAKAT
|
|
Tenaga pelaksanaannya
terutama adalah para dokter.
|
Tenaga pelaksanaannya
terutama ahli kesehatan masyarakat.
|
|
Perhatian utamanya pada penyembuhan penyakit.
|
Perhatian utamanya
pada pencengahan penyakit.
|
|
Sasaran utamanya adalah perseorangan atau keluarga.
|
Sasaran uatamanya
adalah masyarakat secara keseluruhan.
|
|
Kurang memperhatikan efisiensi.
|
Selalu berupaya
mencari cara yang efisien.
|
|
Tidak boleh menarik perhatian karena bertentangan dengan etika
kedokteran.
|
Dapat menarik perhatian masyarakat, misalnya
dengan penyuluhan kesehatan.
|
|
Menjalankan fungsi perseorangan dan terikat dengan undang-undang.
|
Menjalannkan fungsi
dengan mengorganisir masyarakat dengan mendapat dukungan UU.
|
|
Penghasilan diperoleh dari imbal jasa.
|
Penghasilan berupa gaji dari pemerintah.
|
|
Bertanggung jawab hanya kepada penderita.
|
Bertangguang jawab pada seluruh masyarakat.
|
|
Tidak dapat memoonopoli upaya kesehatan dan bahkan mendapat saringan.
|
Dapat memonopoli upaya
kesehatan.
|
C.
SYARAT
POKOK PELAYANAN KESEHATAN
Sekalipun
pelayanan kedokteran berbeda dengan pelayanan kesehatan masyarakat, namun dapat
disebut sebagai suatu pelayanan kesehatan yang baik, keduanya harus memiliki
berbagai persyaratan pokok. Syarat pokok yang dimaksud adalah (Azwar, 1996):
1.
Tersedia dan berkesinambungan
Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan
tersebut harus tersedia di masyarakat (available) serta bersifat
berkesinambungan (continuous). Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan oleh masyarakat dan mudah dicapai oleh masyarakat, serta keberadaannya
dalam masyarakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan.
2.
Dapat diterima dan wajar
Syarat pokok
kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah apa yang dapat diterima (acceptable)
oleh masyarakat serta bersifat wajar (appropriate). Artinya pelayanan kesehatan
tersebut tidak bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan,
kepercayaan masyarakat dan bersifat wajar.
3.
Mudah dicapai
Syarat pokok
ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dicapai (accessible)
oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksud disini terutama dari
sudut lokasi. Dengan demikian untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik,
maka pengaturan sarana kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan kesehatan
yang terlalu terkonsentrasi di daerah perkotaan saja, dan sementara itu tidak
ditemukan didaerah pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.
4.
Mudah dijangkau
Syarat pokok
pelayanan kesehatan yang ke empat adalah mudah dijangkau (affordable) oleh
masyarakat. Pengertian keterjangkauan di sini terutama dari sudut biaya.
Pengertian keterjangkauan di sini terutama dari sudut jarak dan biaya. Untuk
mewujudkan keadaan seperti ini harus dapat diupayakan pendekatan sarana
pelayanan kesehatan dan biaya kesehatan diharapkan sesuai dengan kemampuan
ekonomi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal dan karena itu hanya mungkin
dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat saja, bukanlah pelayanan kesehatan
yang baik.
5.
Bermutu
Syarat pokok
pelayanan kesehatan yang kelima adalah yang bermutu (quality). Pengertian mutu
yang dimaksud adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai
jasa pelayanan, dan pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode
etik serta standar yang telah ditetapkan.
D.
MASALAH
PELAYANAN KESEHATAN
Sayangya
sebagai akibat perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran kelima persyaratan
pokok ini sering tidak terpenuhi. Dengan telah berkembangnya ilmu dan
teknologi, terjadi beberapa perubahan dari pelayanan kesehatan. Perubahan yang
seperti ini disatu pihak memeang mendatangkan banyak keuntungan seperti
misalnya peningkatkannyamutu pelayanan yang dapat dilihatdari makin menurunnya
angka kesakitan, cacat dan kematian serta meningkatnya umur harapan hidup
rata-rata. Tetapi dipihak lain, perubahan yang seperti ini ternyata juga
mendatangkan banyak masalah sebagai berikut:
1.
Terkotak-kotaknya pelayanan
kesehatan
Timbulnya
pengkotakan dalam pelayanan kesehatan (fragmented
health services), erat hubungannya dengan munculnya spesialisasi dan sub
spesialisasi dalam pelayanan kesehatan. Dampak negative yang ditimbulkan iyalah
menyulitkan masyarakat memeperoleh pelayanan kesehatan, yang apabila
berkelanjutan pada gilirannya akan menyebabkan tidak terkendalinya kebutuhan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
2.
Berubahnya sifat pelayanan kesehatan
Perubahan
ini muncul sebagai akibat telah terkotak-kotaknya pelayanan kesehatan, yang
pengaruhnya terutama ditemukan pada hubungan dokter pasien. Sebagai akibat
munculnya spesialisasi dan sub spesialisasi, menyebabkan perhatian
penyelenggara pelayanan kesehatan tidak dapat lagi diberikan secara menyeluruh.
Perhatian tersebut hanya tertuju pada keluhan dan ataupun organ tubuh yang
sakit saja.
Perubahan
sifat pelayanan kesehatan makin bertambah nyata, jika diketahui bahwa pada saat
ini telah banak dipergunakan pula berbagai peralatan kedokteran canggih.
Ketergantungan yang kemudian muncul terhadap berbagai peralatan kedokteran
canggih tersebut, dapat menimbulkan berbagai dampak negative yang merugikan,
yakni:
a.
Makin
renggangnya hubungan antara dokter dengan pasien
Antara dokter
dengan pasien telah terdapat suatu tabir pemisah yakni berbagai peralatan
kedokteran yang dipergunakan tersebut.
b.
Makin
mahalnya biaya kesehatan
Keadaan yang
seperti ini tantu mudah diperkirakan akan menyulitkan masyarakat dalam
menjangkau pelayanan kesehatan.
Kedua
perubahan dengan dampak negatifnya tersebut mau tidak mau akan mempengaruhi
mutu pelayanan. Pelayanan kesehatan yang hanya memperhatikan organ tubuh saja,
tentu tidak akan berhasil secara sempurna menyelesaikan masalah kesehatan yang
diderita oleh seseorang.
E.
PELAYANAN
KESEHATAN MENYELURUH DAN TERPADU
Menyadari
bahwa pelayanan kesehatan yang terkotak-kotakbukannlah pelayanan kesehatan yang
baik, maka berbagai pihak berupaya mencari jalan keluar yang sebaik-baiknya.
Salah satu dari jalan keluar tersebut ialah memperkenalkan kembali bentuk
pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu (comprehensive and intergrated health services).
Pengertian
pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu ada dua macam (Somers dan Somers, 1974). Pertama, pelayanan kesehatan y6ang berhasil
memadukan berbagai upaya kesehatan yang ada dimasyrakat yakni pelayanan
peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, pencengahan dan penyembuhan penyakit
serta pemulihan kesehatan. Suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan
kesehatan yang menyeluruh dan terpadu apabila kelima jenis pelayanan ini
diselenggarakan secara bersamaan.
Kedua,
pelayanankesehatan yang menerapkan pendekatan yang menyeluruh (holistic approach). Jadi tidak hanya
memperhatikan keluhan penderita saja, tetapi juga berbagai latar belakang
soaial ekonomi, sosial budaya, sosial psikologi, dan lain sebagainya. Suatu
pelayan kesehatan disebut sebagai pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan
terpadu apabila pendekatan yang dipergunakan memperhatikan berbagai aspek
kehidupan dari para pemakai jasa pelayanan kesehatan.
Tergantung
dari filosofi srta perkembangan pelayanan kesehatan yang dimiliki oleh suatu
Negara, maka upaya yang dilakukan untuk mewujudkn pelayanan kesehatan
menyeluruh dan terpadu ini agak berbeda. Secara umum upaya pendekatan yang
dimaksud dapat dibedakan atas dua macam yakni:
1.
Pendekatan institusi
Jika
pelayanan kesehatan masih bersifat sederhana, maka kehendak untuk mewujudkan
pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu dilakukan melalui pendekatan
institusi (institutional approach). Dalam arti penyelenggaraan pelayanan
kesehatan dilakukan dalam satu atap. Di sini, setiap bentuk dan jenis pelayanan
kesehatan yang dibituhkan, dikelolah dalam suatu institusi kesehatan saja.
2.
Pendekatan system
Tentu mudah
dipahami untuk Negara yang pelayanan kesehatannya telah berkembang dengan
pesat, pendekatan institusi telah tidak mungkin diterapkan lagi. Akibat makin
kompliknya pelayanan kesehatan, adalah mustahil untuk menyediakan semua bentuk
dan jenis pelayanan dalam suatu institusi. Bukan saja akan menjadi terlalu
mahal, tetapi yang terpenting lainnya akan tidak efektif dan efisien. Disamping
memang dalam kehidupan masyarakat modern kini, telah terdapat apa yang disebut
dengan spesialisasi, yang apabila dapat diatur dan dimanfaatkan dengan baiknya,
akan dapat memberikan hasil yang lebih memuaskan. Dalam keadaan yang seperti
ini, kehendak untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu
dilakukan melalui pendekatan system dan (system approach).
Pengertian
pelayan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu yang diterapkan saat ini, adalah
dalam arti system. Di sini pelayanan kesehatan dibagi atas beberapa strata,
untuk kemudian antara satu strata dengan strata lainnya, diikat dalam suatu mekanisme
hubungan kerja, sehingga secara keseluruhan membentuk suatu kesatuan yang
terpadu.
F.
STRATIFIKASI
PELAYANAN KESEHATAN
Stratifikasi
pelayanan kesehatan merupakan pengelompokan pemberian pelayanan kesehatan
berdasarkan tingkat kebutuhan subjek layanan kesehatan.
Stratifikasi pelayanan kesehatan yang dianut oleh tiap
negara tidaklah sama. Namun secara umum stratifikasi pelayanan kesehatan dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:
1. Pelayanan
kesehatan tingkat pertama (primary health services)
Pelayanan kesehatan jenis ini
diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk
meningkatkan kesehatan mereka (promosi kesehatan). Yang dimaksud pelayanan
kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan yang bersifat pokok (basic
health services), yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat serta
mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pada
umunya pelayanan kesehatan tingkat pertama ini bersifat pelayanan rawat jalan
(ambulatory/ out patient services). Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah
Puskesmas, Puskesmas pembantu, dan Puskesmas keliling.
2. Pelayanan
kesehatan tingkat kedua (secondary health services)
Yang dimaksud pelayanan kesehatan
tingkat kedua adalah pelayanan kesehatan yang lebih lanjut yang diperlukan oleh
kelompok masyarakat yang memerlukan rawat inap (in patient services) yang sudah
tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer dan memerlukan
tersedianya tenaga-tenaga spesialis. Bentuk pelayanan ini misalnya Rumah Sakit
tipe C dan D.
3. Pelayanan
kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services)
Yang dimaksud dengan pelayanan
kesehatan tingkat ketiga adalah pelayanan kesehatan yang diperlukan oleh
kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan
kesehatan sekunder, bersifat lebih kompleks dan umumnya diselenggarakan oleh
tenaga-tenaga superspesialis. Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah Rumah
Sakit tipe A dan B (Azwar, 1996).
F.
MUTU PELAYANAN KESEHATAN
1.
Definisi
Beberapa definisi mutu
pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Mutu
pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap
pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasaan rata-rata
serata penyelenggaraannya sesuai dengan standart dan kode etik profesi (Azrul
Azwar, 1996).
b. Memenuhi
dan melebihi kebutuhan serta harapan pelanggan melalui peningkatan yang
berkelanjutan atas seluruh proses. Pelanggan meliputu, pasien, keluarga, dan
lainnya yang datang untuk pelayanan dokter, karyawan (Mary R. Zimmerman).
c. Mutu
adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang diamati
(Winston Dictionary, 1956).
d. Mutu
adalah sifat yang diliki oleh suatu program (Donabedian, 1980).
e. Mutu
adalah totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang atau jasa yang
didalamnya terkandung sekaligus pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan
para pengguna (Din ISO 8402, 1986).
f. Mutu
adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Crosby, 1984).
Dari
batasan ini, segerahlah mudah dipahami bahwa mutu pelayanan hanya dapat
diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian baik terhadap tingkat
kesempurnaan, sifat, wujud serta ciri-ciri pelayanan kesehatan, dan ataupun
terhadap kepatuhan terhadap standar pelayanan. Yang dalam praktek sehari-hari
melakukan penilaian ini tidaklah mudah. Penyebab utamanya ialah Karen amutu
pelayanan tersebut bersifat multi-demensional.
Ambil
contoh penilaian dari pekmakai jasa pelayanan misalnya, demensi mutu yang
dianut sangat berbeda dengan penyelenggara pelayanan dan ataupun penyandang
dana pelananan kesehatan. Penelitian yang dilakukan oleh Roberts dan Prevost
(1987) telah berhasil membuktikan adanya perbedaan demensi tersebut. Disebutkan
bahwa:
1. Bagi
pemakai jasa pelayanan kesehatan
Mutu
pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi ketanggapan petugas memenuhi
kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi petugas dengan pasien, keprihatinan
serta keramah-tamahan petugas dalam melayani pasien, dan atau kesembuhan
penyakit yang sedang diderita oleh pasien.
2. Bagi
penyelenggara pelayanan kesehatan
Mutu
pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi kesesuaian pelayanan yang
diselenggarakan dengan perkembangan ilmu dan teknologi mutakhir dan atau
otonomi profesi dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien.
3. Bagi
penyandang dana pelayanan kesehatan
Mutu
pelayanan kesehatan lebih terkait pada definisi efisiensi pemakai sumber dana,
kewajaran pembiayaan kesehatan, dan atau kemampuan pelayanan kesehatan
mengurangi kerugian penyandang dana pelayanan kesehatan.
Penelitian
lain yang dilakukan oleh Smith dan Metzner (1970) juga mencatat adanya
perbedaan dimensi tersebut. Untuk para dokter sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan, dimensi mutu pelayanan kesehatanyang di[pandang paling penting
adalah pengetahuan ilmiah yang memeiliki oleh dokter (80%), kemudian baru
menyusul perhatian dokter secara pribadi kepada pasien (60%), keterampilan yang
dimiliki dokter (50%), efisiensi pelayanan kesehatan (45%) serta kenyamanan
pelayanan yang dirasakan oleh pasien (8%).
Sedangkan
untuk pasien sebagai pemakai jasa pelayanan kesehatan, dimensi mutu pelayanan
yang dipandang paling penting adalah efisiensi pelayanan kesehatan
(45%),kemudian baru menyusul perhatian dokter secara pribadi kepada pasien
(40%), pengetahuan ilmiah yang dimiliki dokter (40%), keterampilan yang
dimiliki dokter (35%), serta kenyamanan pelayanan yang dirasakan oleh pasien
(35%).
Untuk
mengetasi perbedaan dimensi ini, telah diperoleh kesepakatan dalam membicarakan
masalah mutu pelayanan kesehatan, soyogyanya pedoman yang dipakai adalah
hakikat dasar daridiselenggarakannnya pelayanan kesehatan tersebut. Untuk inin
mudah dipahami bahwa hakikat dasar yang dimaksud tidak lain adalah untuk
memenuhi kebutuhan dan tuntutan para pemakai jasa pelayanan kesehatan (health
needs and demands), yang apabila berhasil dipenuhi akan dapat menimbulkan rasa
puas (client satisfaction) terhadap pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Dengan kesepakatan ini, disebutkan yang dimaksud dengan mutu pelayanan kesehatan
adlaha yang menunjukkan pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam
menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Makin sempurna kepuasan
tersebut, makin baik pulamutu pelayanan kesehatan.
Sekalipun
pengertian mutu yang terkait dengan kepuasan ini telah diterima secara luas,
namun penerapannya tidaklah semudah yang diperkirakan. Masalah pokok yang
ditemukan ialah karenakepuasan tersebut ternyata bersifat subjektif. Tiap
orang, tergantung dari latar belakang yang dimiliki, dapat saja memiliki
tingkat kepuasan yang berbeda untuk satu pelayanan kesehatan yang sama.
Disamping, sering pula ditemukan pelayanan kesehatan yang sekalipun dinilai
telah memuaskan pasien, namun jikaa ditinjau dari kode etik serta standar
pelayanan profesi, tidaklah terpenuhi.
Mutu
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh banyak institusi kesehatan swasta
misalnya, karena hamper selalu dapat memuaskan pasien, sering disebut sebagai
pelayanan kesehatan yang bermutu. Tetapi akan bagaimanakah jika ditinjau dari
kode etik dan atau standar pelayanan profesi, mengingat dari pelayanan
kesehatan tersebut diselenggarakan secara berlebihan
Untuk
mengatasi masalah ini, telah disepakati bahwa pembahasan tentang kepuasan
pasien yang dikaitkan dengan mutu pelayanan kesehatan, mengenal paling tidak
dua pembatasan. Pembatasan yang dimaksud ialah:
1) Pembatasan
pada derajat kepuasan pasien
Pembatasan
pertama yang telah disepakati adalah pada derajat kepuasan pasien. Untuk
menghindari adanya unsur subjektif individual yang dapat mempersulit
pelaksanaan program menjaga mutu, ditetapkannyabahwa yang dimaksuda dengan
kepuasan di sini, seklipun orintasinya tetap individual, tetapi ukuran yang
dipakai adalha yang bersifat umum yakni yang sesuai dengan tingkat kepuasan
rata-rata penduduk. Dengan perkataan lain, mutu suatu pelayanan kesehatan
dinilai baik, apabila pelayanan kesehatan tersebut dapat menimbulkan rasa puas
pada diri setiap pasien yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk.
2) Pembatasan
pada upaya yang dilakukan
Pembatasan
kedua yang telah disepakati adalah pada upaya yang dilakukan dalam menimbulkan
rasa puas pada diri setiap pasien. Untuk melindungi kepentingan pemakai jasa
pelayanan kesehatan, yang pada umumnya awam terhadap tindakan kedokteran
(patient ignorancy), ditetapkannya upaya yang dilakukan tersebut harus sesuai
dengan kode etik serta standar pelayanan profesi. Suatu pelayanan kesehatan,
sekalipun dinilai dapat memuaskan pasien, tetapi apabila penyelenggaraannnya
tidak sesuai dengan kode etik serta standar pelayanan profesi, bukanlah
pelayanan kesehatan yang bermutu. Dengan perkataan lain dalam pengertian mutu
pelayanan kesehatan tercakup pula kesempurnaan tata cara penyelenggaraan
pelayanan kesehtan tersebut. Mutu suatu pelayanan kesehatan dinilai baim
apabila tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar
pelyanan profesi yang telah ditetapkan.
Bertitik
tolak dari adalanya dua batasan ini, disebutkan yang dimaksud dengan mutu
pelayanan kesehatan adalah yang menunjukkan pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan, yang disatu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien
sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta dipihak lain tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang
telah ditetepkan.
2. Standar
Telah
disebutkan bahwa masalah mutu akan muncul apabila unsur masukan, proses,
lingkungan serta keluaran menyimpang dari standar yang telah ditetapkan. Dengan
demikian untuk dapat menjaga mutu pelayanan kesehatan, perlulah dipahami apa yang
dimaksud dengan standar tersebut. Pada saat ini batasan tentang standar banyak
macamnya. Beberapa diantaranya yang dipandang cukup penting adalah:
a. Sandar
addalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang
dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal (Clinical Practice Guideline,
1990).
b. Standar
adalah kisaran pariasi yang masih dapat diterima (Clinical Practice Guideline,
1990).
c. standar
adalah rumusan tentang penampilan atau nilai yang diinginkan yang mampu
dicapai, berkaitan dengan premeter yang telah ditetapkan (Donabedian, 1980).
d. Standar
adalah spesifikasi dari fungsi atau tujuan yang harus dipenuhi oleh suatu
sarana pelayanan agar pemakai jasa pelayanan dapat memperoleh keuntungan yang
maksimal dari pelayana yang diselenggarakan (Rowland dan Rowland, 1983).
e. Standar
adalah tujuan produksi yang nomerik, lazimnya ditetapkan secara sendiri
bersifat mengikat, yang dipakai sebagai pedoman untuk memisahkan yang tidak
dapat diterima atau buruk dengan yang dapat diterima atau baik (Brent James,
1985).
Secara
umum standar program menjaga mutu dapat dibedakan :
1) Standar
persyaratan minimal
Adalah yang rnenunjuk pada keadaan minimal yang harus
dipenuhi untuk menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, yang
dibedakan dalam :
a. Standar Masukan
Dalam standar masukan yang diperlukan untuk minimal
terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, yaitu jenis, jumlah, dan
kualifikasi/spesifikasi tenaga pelaksana sarana, peralatan, dana (modal). Jika standar masukan tersebut menunjuk pada tenaga pelaksana disebut
dengan standar ketenagaan (standard of personnel). Sedangkan jika standar
masukan tersebut pada sarana dikenal dengan nama standar sarana (standard of
facilities). Untuk dapat menjamin terselenggaraannya pelayana kesehtan yang
bermutu, standar masukan tersebut haruslah dapat ditetapkan.
b.
Standar lingkungan
Dalam standar lingkungan ditetapkan persyaratan minimal unsur
lingkungan yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang bermutu yakni garis-garis besar kebijakan program, pola organisasi serta
sistem manajemen, yang harus dipatuhi oleh semua
pelaksana.
c.
Standar proses
Dalam standar proses ditetapkan persyaratan minimal unsur
proses yang harus dilakukan untuk terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu,
yakni tindakan medis, keperawatan dan non medis (standard of conduct), karena
baik dan tidaknya mutu pelayanan sangat ditentukan oleh kesesuaian tindakan
dengan standar proses.
2)
Standar penampilan minimal
Yang dimaksud dengan standar penampilan minimal adalah yang
menunjuk pada penampilan pelayanan kesehatan yang masih dapat diterima. Standar
ini karena menunjuk pada unsur keluaran maka sering disebut dengan standar
keluaran atau standar penampilan (Standard of Performance).Untuk mengetahui
apakah mutu pelayanan yang diselenggarakan masih dalam batas-batas kewajaran,
maka perlu ditetapkan standar keluaran. Untuk
dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan maka keempat standar tersebut perlu
dipantau, dan dinilai secara obyektif serta berkesinambungan. Bila ditemukan
penyimpangan, perlu segera
diperbaiki. Pemantauan dan
penilaian standar ini diukur dari indikator yang sesuai, yang secara umum dapat
dibedakan pula atas empat macam yakni indicator masukan, proses, lingkungan
serta keluaran.
G.
PELAYANAN KEDOKTERAN
1. Definisi
Secara umum yang dimaksud dengan pelyanan kedokteran (medical services) adalah bagian dari
pelayanan kesehatan (health services) yang tujuan utamanya adalah untuk
menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta sasaran utamanya adalah
perseoranagn ataupun keluarga. Sebenarnya sasaran perseorangan dan ataupun
keluarga tersebut adalah sebagai satu kesatuan. Dalam arti, sekalipun yang
dihadapi adalah perorang dalam satu keluarga, perhatian tidak boleh dilepaskan
dari kehidupan keluarga secara keseluruhan. Pelayanan kedokteran yang
memusatkan perhatian kepada perseorangan yang dikaitkan dengan kehidupan
keluarga secara keseluruhan ini, dikenal dengan nama pelayanan dokter keluarga
(family practice).
2. Macam
Pelayanan kedokteran yang ditemukan dimasyarakat banyak macamnya.
semuanya amat ditentukan oleh seberapa jauh peranan yang dimiliki oleh pihak
swasta dalam turut menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kedokteran
tersebut pada Negara yang tidak membenarkan keikutsertaan pihak swasta, macam
pelayanan kedokteran yang ditemukan, tidak begitu bervariasi. Tetapi apabila
peranan peran swasta tersebut besar, maka macam pelayanan kedokteran yang
ditemukan amat beraneka macam. Adanya keaneka ragaman ini erat kaitannya dengan
adanya inisiatif pihak swasta dalam menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan
kedokteran yang dianggap dapat memenuhi kebutuhan dan tuntunan masyarakat.
Mudah dipahami karena kelangsungan hidup saranan pelayanan kedokteran swasta
memang sangat dipengaruhi antara lain oleh seberapa jauh pelayanan kedokteran
tersebut dapat diterima serta dimanfaatkan oleh segenap anggota masyarakat. Pada
saat ini pembagian tentang macam pelayanan kedokteran hanya ditemukan. Beberapa
diantaranya yang terpenting adalah:
a. Ditinjau dari jumlah tenaga
pengelolah
Untuk ini
pelyanan kedokteran dapat dibedakan atas dua macam yakni:
1) Diselenggarakan oleh satu orang
Bentuk
pelayanan kedokteran yang diselenggarakan oleh satu orang (solo practice), amat
popular di Indonesia. Inilah sebabnya banyak ditemukan Dokter ataupun Bidan
yang membuka prktek perseorangan.
2) Diselenggarakan oleh kelompok
Bentuk
pelayanan kedokteran berkelompok (group practice) merupakan hal yang baru di
Indonesia. Pelayanan kedokteran berkelompok ini banyak macamnya. Secara umum
dapat dibedakan menjadi dua macam yakni:
i. Hanya menyelenggarakan satu
macam pelayanan kedokteran saja,
misalnya praktek bersam dokter ahli kebidanan dan praktek bersama ahli
kesehatan.
ii. Menyelenggarakan lebih dari
satu macam pelayanan kedokteran, misalnya praktek bersama dokter ahli kebidanan
dengan dokter ahli kesehatan anak. Rumah sakit, rumah sakit bersalin, rumah
bersalin dan lain sebagainya yang seperti ini, pada dasarnya termasuk dalam
pelayanan kedokteran yang menyelenggarakan lebih dari satu macam pelayanan.
b. Ditinjau dari cara pelayanan yang
diselenggarakan
Untuk itu
pelayanan kedokteran dibedakan menjadi dua macam yakni:
1) Pelayanan rawat jalan
Contoh
pelayanan rawat jalan (ambulatory) adalah pelayanan kedokteran yang
diselenggarakan oleh poliklinik, balai pengobatan, PUSKESMAS dan ataupun
praktek dokter perseorangan.
2) Pelayanan rawat jalan dan rawat inap
Contoh
pelayanan rawat jalan dan rawat inap (hospitalization) adalah pelayanan
kedokteran yang diselenggarakan oleh rumah sakit, rumah sakit bersalin dan
ataupun rumah bersalin.
c. Ditinjau dari macam pelayanan yang
diselenggarakan
jika
ditinjau dari macam pelayanan yang diselenggarakan, pelayana kedokteran secara
umum dapat dibedakan atas dua macam yakni:
1) Menyediakan satu macam pelayanan kedokteran
saja
Misalnya praktek dokter umum atau praktek dokter
spesialis.
2) Menyediakan lebih dari sau macam
pelayanan kedokteran
Untuk ini
pelaana kedokteran dapat dibedakan menjadi dua macam yakni:
i. Pelayanan kedokterak tidak lengkap/menyeluruh (partial medical care),
misalnya yang diselenggarakan oleh balai kesehatan ibu dan anak.
ii. Pelayanan kedokteran lengkap/menyeluruh (comprehensive medical
care), misalnya yang diselenggarakan rumah sakit umum.
d. Ditinjau dari penggunaan kemajuan
ilmu teknologi kedokteran
Jika
ditinjau dari penggunaan kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran, pelayanan
kedokteran dapat dibedakan atas dua macam yakni:
1) Pelayana kedokteran tradisional
Contoh pelayanan kedokteran tradisional (traditional medicine) adalah
praktek dukun, tabib atau sinse.
2) Pelayanan kedokteran moderen
Contoh pelayanan kedokteran modern (modern medical care) adalah berbagai
pelayanan kedokteran yang dikenal saat ini.
e. Ditinjau dari tingkat pendidikan dan
keahlian tenaga pelaksana
untuk ini
pelayanan kedokteran dibedakan atas empat macam yakni:
1) Pelayanan kedokteran yang
dilaksanakan oleh tenaga yang tidak mendapatkan pendidikan kedokteran modern,
misalnya praktek dukun, tabib atau sinse.
2) Pelayanan kedokteran yang
dilaksanakan oleh tenaga paramedik, misalnya praktek bidan.
3) Pelayanan kedokteran yang
dilaksanakan oleh dokter umum, misalnya praktek dokter umum.
4) Pelayanan kedokteran yang
dilaksanakan oleh dokter spesialis atau dokter subspesialis.
f. Ditinjau dari peranannya dalam
penyembuhan penderita
Untuk ini
pelayanan kedokteran dibedakan atas dua macam:
1) Berhubungan langsung dengan
penyembuhan penyakit
Contoh
pelayanan kedokteran yang berhubungan langsung dengan penyembuhan penyakit
(clinical services) adlaha berbagai pelayanan kedokteran yang diselenggarakan
oleh praktek dokter dan rumah sakit.
2) Tidak berhubungan langsung dengan
penyembuhan penyakit
Contoh
pelayanan kedokteran yang tidak berhubungan langsung dengan penyembuhan
penyakit (non clinical services) adalah pelayanan laboratorium, pelayanan
radiologis dan pelayanan apotik. Masih banyak lagi cara pembagian pelayanan
kedokteran yang dikenal, yang jika diperhatikan dengan sesame, pada dasarnya
tidak terlalu memperlihatkan perbedaan yang berarti.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
pelayanan
kesehatan
adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam
suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok dan atupun masyarakat. Pelayanan kesehatan dapat
dibadakan jadi dua macam yakni pelayanan kedokteran dan pelayanan kesehatan
masyarakat.
Dalam hal ini selain pelayanan kedokteran
ada juga pelayanan dokter keluarga yang membahas tentang pendidikan, ciri-ciri
dan manfaat pelayanan dokter keluarga tersebut.
Maka dari itu pembangunan tempat
pelayanan kesehatan sangatlah penting apalagi di bagian pedesaan yang cukup
jauh dari kota.
B.
SARAN
Sebaiknya pembangunan berbagai pelayanan kesehatan
seperti rumah sakit, PUSKESMAS, POSYANDU dan lain sebagainya diterapkan pula
pada berbagai pedesan yang jauh dari kota dan tidak bisa dijangkau dengan
kendaraan beroda empat, agar masyarakat lain dapat juga merasakan pelayanan
kesehatan yang baik dan bermutu.
DAFTAR PUSTAKA
Ilmu Kesehatan Masyarakat. Notoatmodjo,
soekidjo. 2003. Jakarta
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/pengertian-mutu-pelayanan-kesehatan.html

Tidak ada komentar:
Posting Komentar