Rabu, 22 Maret 2017

Teori Hendrick L.Blum Pelayanan Kesehatan




 BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Konsep hidup sehat H.L.Blum sampai saat ini masih relevan untuk diterapkan. Kondisi sehat secara holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik melainkan juga spiritual dan sosial dalam bermasyarakat. Untuk menciptakan kondisi sehat seperti ini diperlukan suatu keharmonisan dalam menjaga kesehatan tubuh. H.L Blum menjelaskan ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut merupakan faktor determinan timbulnya masalah kesehatan.
Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku/gaya hidup (life style), faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan). Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat. Diantara faktor tersebut faktor perilaku manusia merupakan faktor determinan yang paling besar dan paling sukar ditanggulangi, disusul dengan faktor lingkungan. Hal ini disebabkan karena faktor perilaku yang lebih dominan dibandingkan dengan faktor lingkungan karena lingkungan hidup manusia juga sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat.
Di zaman yang semakin maju seperti sekarang ini maka cara pandang kita terhadap kesehatan juga mengalami perubahan. Apabila dahulu kita mempergunakan paradigma sakit yakni kesehatan hanya dipandang sebagai upaya menyembuhkan orang yang sakit dimana terjalin hubungan dokter dengan pasien (dokter dan pasien). Namun sekarang konsep yang dipakai adalah paradigma sehat, dimana upaya kesehatan dipandang sebagai suatu tindakan untuk menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan individu ataupun masyarakat (SKM dan masyarakat).
Dengan demikian konsep paradigma sehat H.L. Blum memandang pola hidup sehat seseorang secara holistik dan komprehensif. Masyarakat yang sehat tidak dilihat dari sudut pandang tindakan penyembuhan penyakit melainkan upaya yang berkesinambungan dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Peranan Sarjana Kesehatan Masyarakat dalam hal ini memegang kendali dominan dibandingkan peranan dokter. Sebab hubungan dokter dengan pasien hanya sebatas individu dengan individu tidak secara langsung menyentuh masyarakat luas. Ditambah lagi kompetensi dalam memanagement program lebih dikuasai lulusan SKM sehingga dalam perkembangannya SKM menjadi ujung tombak program kesehatan di negara-negara maju.
Untuk negara berkembang seperti Indonesia justru, paradigma sakit yang digunakan. Dimana kebijakan pemerintah berorientasi pada penyembuhan pasien sehingga terlihat jelas peranan dokter, perawat dan bidan sebagai tenaga medis dan paramedis mendominasi. Padahal upaya semacam itu sudah lama ditinggalkan karena secara financial justru merugikan Negara. Anggaran APBN untuk pendanaan kesehatan diIndonesiasemakin tinggi dan sebagian besar digunakan untuk upaya pengobatan seperti pembelian obat, sarana kesehatan dan pembangunan gedung. Seharusnya untuk meningkatan derajat kesehatan kita harus menaruh perhatian besar pada akar masalahnya dan selanjutnya melakukan upaya pencegahannya. Untuk itulah maka upaya kesehatan harus fokus pada upaya preventif (pencegahan) bukannya curative (pengobatan).
Namun yang terjadi anggaran untuk meningkatkan derajat kesehatan melalui program promosi dan preventif dikurangi secara signifikan. Akibat yang ditimbulkan adalah banyaknya masyarakat yang kekurangan gizi, biaya obat untuk puskesmas meningkat, pencemaran lingkungan tidak terkendali dan korupsi penggunaan askeskin. Dampak sampingan yang terjadi tersebut dapat timbul karena kebijakan kita yang keliru.
B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan dari latar belakang diatas maka rumusan masalah makalah ini sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan?
2.      Apa saja macam-macam pelayanan kesehatan dan perbedaannya?
3.      Apa syarat  pokok pelayanan kesehatan ?
4.      Apa saja masalah dalam pelayanan kesehatan ?
5.      Apa dan bagaimana yang dimaksut dengan pelayanan kesehatan menyeluruh dan terpadu ?
6.      Apa dan bagaimana yang dimaksud dengan stratifikasi pelayanan kesehatan ?
7.      Apa yang dimaksud dengan mutu pelayanan kesehatan ?
8.      Apa yang dimaksud dengan pelayanan kedoteran ?

C.    TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan dari rumusan masalah makalah ini maka tujuan penulusannya adalah sebagai berikut :
1.      Dapat mengetahui yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan.
2.      Dapat mengetahui macam-macam pelayanan kesehatan dan perbedaannya.
3.      Dapat mengetahui syarat  pokok pelayanan kesehatan .
4.      Dapat memahami  masalah apa saja yang terdapat dalam pelayanan kesehatan .
5.      Agar bisa memahami apa yang dimaksut dengan pelayanan kesehatan menyeluruh dan terpadu .
6.      Dapat mengetahui apa dan bagaimana yang dimaksud dengan stratifikasi pelayanan kesehatan .
7.      Dapat memahami apa yang dimaksud dengan mutu pelayanan kesehatan .
8.      Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan pelayanan kedoteran .

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I.       PEMBAHASAN
Menurut Hendrik L Blum, peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang dapat diukur dari tingkat mortalitas dan morbiditas penduduk yang dipengaruhi oleh empat factor penentu, yaitu : factor – factor lingkungan (45 persen), perilaku kesehatan (30 persen), pelayanan kesehatan (20 persen) dan kependudukan / keturunan (5 persen).
Hendrik L Blum juga menyebutkan 12 indikator yang berhubungan dengan derajat kesehatan, yaitu:
1.        Life spam: yaitu lamanya usia harapan untuk hidup dari masyarakat, atau dapat juga dipandang sebagai derajat kematian masyarakat yang bukan karena mati tua.
2.        Disease or infirmity: yaitu keadaan sakit atau cacat secara fisiologis dan anatomis dari masyarakat.
3.        Discomfort or ilness: yaitu keluhan sakit dari masyarakat tentang keadaan somatik, kejiwaan maupun sosial dari dirinya.
4.        Disability or incapacity: yaitu ketidakmampuan seseorang dalam masyarakat untuk melakukan pekerjaan dan menjalankan peranan sosialnya karena sakit.
5.        Participation in health care: yaitu kemampuan dan kemauan masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga dirinya untuk selalu dalam keadaan sehat.
6.        Health behaviour: yaitu perilaku manusia yang nyata dari anggota masyarakat secara langsung berkaitan dengan masalah kesehatan.
7.        Ecologic behaviour: yaitu perilaku masyarakat terhadap lingkungan, spesies lain, sumber daya alam, dan ekosistem.
8.        Social behaviour: yaitu perilaku anggota masyarakat terhadap sesamanya, keluarga, komunitas dan bangsanya.
9.        Interpersonal relationship: yaitu kualitas komunikasi anggota masyarakat terhadap sesamanya.
10.    Reserve or positive health: yaitu daya tahan anggota masyarakat terhadap penyakit atau kapasitas anggota masyarakat dalam menghadapi tekanan-tekanan somatik, kejiwaan, dan sosial.
11.    External satisfaction: yaitu rasa kepuasan anggota masyarakat terhadap lingkungan sosialnya meliputi rumah, sekolah, pekerjaan, rekreasi, transportasi.
12.    Internal satisfaction: yaitu kepuasan anggota masyarakat terhadap seluruh aspek kehidupan dirinya sendiri.

A.    PENGERTIAN PELAYANAN KESEHATAN
Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukan

B.     MACAM DAN PERBEDAAN PELAYANAN KESEHATAN
Sekalipun bentuk dan jenis pelayanan kesehatan banyak macamnya, namun jika disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua. Bentuk dan jenis pelayanan kesehatan tersebut, jika dijabarkan dari pendapat Hodgetts dan Cascio (1983) adalah:


1.    Pelayanan Kedokteran
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran (medical services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi (institution), tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.
2.    Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kesehatan masyarakat (public health services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama dalam satu organisasi, tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serata mencengah penyakit, serta sasarannya terutama untuk kelompok dan masyarakat.
Secara sederhana, kedua pembagian yang seperti ini dapat digambarkan:

PEMBAGIAN PELAYANAN KESEHATAN


PERBEDAAN PELAYANAN KEDOKTERAN DENGAN PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT
PELAYAN KEDOKTERAN
PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT
Tenaga pelaksanaannya       terutama adalah para dokter.
Tenaga pelaksanaannya terutama ahli kesehatan masyarakat.
Perhatian utamanya pada penyembuhan penyakit.
Perhatian utamanya pada pencengahan penyakit.
Sasaran utamanya adalah perseorangan atau keluarga.
Sasaran uatamanya adalah masyarakat secara keseluruhan.
Kurang memperhatikan efisiensi.
Selalu berupaya mencari cara yang efisien.
Tidak boleh menarik perhatian karena bertentangan dengan etika kedokteran.
 Dapat menarik perhatian masyarakat, misalnya dengan penyuluhan kesehatan.
Menjalankan fungsi perseorangan dan terikat dengan undang-undang.
Menjalannkan fungsi dengan mengorganisir masyarakat dengan mendapat dukungan UU.
Penghasilan diperoleh dari imbal jasa.
 Penghasilan berupa gaji dari pemerintah.
Bertanggung jawab hanya kepada penderita.
 Bertangguang jawab pada seluruh masyarakat.
Tidak dapat memoonopoli upaya kesehatan dan bahkan mendapat saringan.
Dapat memonopoli upaya kesehatan.
C.    SYARAT POKOK PELAYANAN KESEHATAN
Sekalipun pelayanan kedokteran berbeda dengan pelayanan kesehatan masyarakat, namun dapat disebut sebagai suatu pelayanan kesehatan yang baik, keduanya harus memiliki berbagai persyaratan pokok. Syarat pokok yang dimaksud adalah (Azwar, 1996):
1.    Tersedia dan berkesinambungan
Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan tersebut harus tersedia di masyarakat (available) serta bersifat berkesinambungan (continuous). Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat dan mudah dicapai oleh masyarakat, serta keberadaannya dalam masyarakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan.
2.    Dapat diterima dan wajar
Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah apa yang dapat diterima (acceptable) oleh masyarakat serta bersifat wajar (appropriate). Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan, kepercayaan masyarakat dan bersifat wajar. 
3.    Mudah dicapai
Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dicapai (accessible) oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksud disini terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan sarana kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan kesehatan yang terlalu terkonsentrasi di daerah perkotaan saja, dan sementara itu tidak ditemukan didaerah pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.
4.    Mudah dijangkau
Syarat pokok pelayanan kesehatan yang ke empat adalah mudah dijangkau (affordable) oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan di sini terutama dari sudut biaya. Pengertian keterjangkauan di sini terutama dari sudut jarak dan biaya. Untuk mewujudkan keadaan seperti ini harus dapat diupayakan pendekatan sarana pelayanan kesehatan dan biaya kesehatan diharapkan sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal dan karena itu hanya mungkin dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat saja, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.
5.    Bermutu
Syarat pokok pelayanan kesehatan yang kelima adalah yang bermutu (quality). Pengertian mutu yang dimaksud adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.

D.    MASALAH PELAYANAN KESEHATAN
Sayangya sebagai akibat perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran kelima persyaratan pokok ini sering tidak terpenuhi. Dengan telah berkembangnya ilmu dan teknologi, terjadi beberapa perubahan dari pelayanan kesehatan. Perubahan yang seperti ini disatu pihak memeang mendatangkan banyak keuntungan seperti misalnya peningkatkannyamutu pelayanan yang dapat dilihatdari makin menurunnya angka kesakitan, cacat dan kematian serta meningkatnya umur harapan hidup rata-rata. Tetapi dipihak lain, perubahan yang seperti ini ternyata juga mendatangkan banyak masalah sebagai berikut:
1.    Terkotak-kotaknya pelayanan kesehatan
Timbulnya pengkotakan dalam pelayanan kesehatan (fragmented health services), erat hubungannya dengan munculnya spesialisasi dan sub spesialisasi dalam pelayanan kesehatan. Dampak negative yang ditimbulkan iyalah menyulitkan masyarakat memeperoleh pelayanan kesehatan, yang apabila berkelanjutan pada gilirannya akan menyebabkan tidak terkendalinya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
2.    Berubahnya sifat pelayanan kesehatan
Perubahan ini muncul sebagai akibat telah terkotak-kotaknya pelayanan kesehatan, yang pengaruhnya terutama ditemukan pada hubungan dokter pasien. Sebagai akibat munculnya spesialisasi dan sub spesialisasi, menyebabkan perhatian penyelenggara pelayanan kesehatan tidak dapat lagi diberikan secara menyeluruh. Perhatian tersebut hanya tertuju pada keluhan dan ataupun organ tubuh yang sakit saja.
Perubahan sifat pelayanan kesehatan makin bertambah nyata, jika diketahui bahwa pada saat ini telah banak dipergunakan pula berbagai peralatan kedokteran canggih. Ketergantungan yang kemudian muncul terhadap berbagai peralatan kedokteran canggih tersebut, dapat menimbulkan berbagai dampak negative yang merugikan, yakni:
a.      Makin renggangnya hubungan antara dokter dengan pasien
Antara dokter dengan pasien telah terdapat suatu tabir pemisah yakni berbagai peralatan kedokteran yang dipergunakan tersebut.
b.      Makin mahalnya biaya kesehatan
Keadaan yang seperti ini tantu mudah diperkirakan akan menyulitkan masyarakat dalam menjangkau pelayanan kesehatan.
Kedua perubahan dengan dampak negatifnya tersebut mau tidak mau akan mempengaruhi mutu pelayanan. Pelayanan kesehatan yang hanya memperhatikan organ tubuh saja, tentu tidak akan berhasil secara sempurna menyelesaikan masalah kesehatan yang diderita oleh seseorang.

E.     PELAYANAN KESEHATAN MENYELURUH DAN TERPADU
Menyadari bahwa pelayanan kesehatan yang terkotak-kotakbukannlah pelayanan kesehatan yang baik, maka berbagai pihak berupaya mencari jalan keluar yang sebaik-baiknya. Salah satu dari jalan keluar tersebut ialah memperkenalkan kembali bentuk pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu (comprehensive and intergrated health services).
Pengertian pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu ada dua macam (Somers dan Somers, 1974). Pertama, pelayanan kesehatan y6ang berhasil memadukan berbagai upaya kesehatan yang ada dimasyrakat yakni pelayanan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, pencengahan dan penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan. Suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu apabila kelima jenis pelayanan ini diselenggarakan secara bersamaan.

Kedua, pelayanankesehatan yang menerapkan pendekatan yang menyeluruh (holistic approach). Jadi tidak hanya memperhatikan keluhan penderita saja, tetapi juga berbagai latar belakang soaial ekonomi, sosial budaya, sosial psikologi, dan lain sebagainya. Suatu pelayan kesehatan disebut sebagai pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu apabila pendekatan yang dipergunakan memperhatikan berbagai aspek kehidupan dari para pemakai jasa pelayanan kesehatan.

Tergantung dari filosofi srta perkembangan pelayanan kesehatan yang dimiliki oleh suatu Negara, maka upaya yang dilakukan untuk mewujudkn pelayanan kesehatan menyeluruh dan terpadu ini agak berbeda. Secara umum upaya pendekatan yang dimaksud dapat dibedakan atas dua macam yakni:
1.    Pendekatan institusi 
Jika pelayanan kesehatan masih bersifat sederhana, maka kehendak untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu dilakukan melalui pendekatan institusi (institutional approach). Dalam arti penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilakukan dalam satu atap. Di sini, setiap bentuk dan jenis pelayanan kesehatan yang dibituhkan, dikelolah dalam suatu institusi kesehatan saja.
2.    Pendekatan system
Tentu mudah dipahami untuk Negara yang pelayanan kesehatannya telah berkembang dengan pesat, pendekatan institusi telah tidak mungkin diterapkan lagi. Akibat makin kompliknya pelayanan kesehatan, adalah mustahil untuk menyediakan semua bentuk dan jenis pelayanan dalam suatu institusi. Bukan saja akan menjadi terlalu mahal, tetapi yang terpenting lainnya akan tidak efektif dan efisien. Disamping memang dalam kehidupan masyarakat modern kini, telah terdapat apa yang disebut dengan spesialisasi, yang apabila dapat diatur dan dimanfaatkan dengan baiknya, akan dapat memberikan hasil yang lebih memuaskan. Dalam keadaan yang seperti ini, kehendak untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu dilakukan melalui pendekatan system dan (system approach).
Pengertian pelayan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu yang diterapkan saat ini, adalah dalam arti system. Di sini pelayanan kesehatan dibagi atas beberapa strata, untuk kemudian antara satu strata dengan strata lainnya, diikat dalam suatu mekanisme hubungan kerja, sehingga secara keseluruhan membentuk suatu kesatuan yang terpadu.
F.     STRATIFIKASI PELAYANAN KESEHATAN
Stratifikasi pelayanan kesehatan merupakan pengelompokan pemberian pelayanan kesehatan berdasarkan tingkat kebutuhan subjek layanan kesehatan.
Stratifikasi pelayanan kesehatan yang dianut oleh tiap negara tidaklah sama. Namun secara umum stratifikasi pelayanan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:
1.    Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health services)
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka (promosi kesehatan). Yang dimaksud pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan yang bersifat pokok (basic health services), yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pada umunya pelayanan kesehatan tingkat pertama ini bersifat pelayanan rawat jalan (ambulatory/ out patient services). Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah Puskesmas, Puskesmas pembantu, dan Puskesmas keliling.
2.    Pelayanan kesehatan tingkat kedua (secondary health services)
Yang dimaksud pelayanan kesehatan tingkat kedua adalah pelayanan kesehatan yang lebih lanjut yang diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan rawat inap (in patient services) yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer dan memerlukan tersedianya tenaga-tenaga spesialis. Bentuk pelayanan ini misalnya Rumah Sakit tipe C dan D.
3.    Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services)
Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat ketiga adalah pelayanan kesehatan yang diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder, bersifat lebih kompleks dan umumnya diselenggarakan oleh tenaga-tenaga superspesialis. Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah Rumah Sakit tipe A dan B (Azwar, 1996).

F.     MUTU PELAYANAN KESEHATAN
1.    Definisi
Beberapa definisi mutu pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut:
a.    Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasaan rata-rata serata penyelenggaraannya sesuai dengan standart dan kode etik profesi (Azrul Azwar, 1996).
b.    Memenuhi dan melebihi kebutuhan serta harapan pelanggan melalui peningkatan yang berkelanjutan atas seluruh proses. Pelanggan meliputu, pasien, keluarga, dan lainnya yang datang untuk pelayanan dokter, karyawan (Mary R. Zimmerman).
c.    Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang diamati (Winston Dictionary, 1956).
d.   Mutu adalah sifat yang diliki oleh suatu program (Donabedian, 1980).
e.    Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang atau jasa yang didalamnya terkandung sekaligus pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan para pengguna (Din ISO 8402,  1986).
f.     Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Crosby, 1984).
Dari batasan ini, segerahlah mudah dipahami bahwa mutu pelayanan hanya dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian baik terhadap tingkat kesempurnaan, sifat, wujud serta ciri-ciri pelayanan kesehatan, dan ataupun terhadap kepatuhan terhadap standar pelayanan. Yang dalam praktek sehari-hari melakukan penilaian ini tidaklah mudah. Penyebab utamanya ialah Karen amutu pelayanan tersebut bersifat multi-demensional.
Ambil contoh penilaian dari pekmakai jasa pelayanan misalnya, demensi mutu yang dianut sangat berbeda dengan penyelenggara pelayanan dan ataupun penyandang dana pelananan kesehatan. Penelitian yang dilakukan oleh Roberts dan Prevost (1987) telah berhasil membuktikan adanya perbedaan demensi tersebut. Disebutkan bahwa:
1.      Bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi petugas dengan pasien, keprihatinan serta keramah-tamahan petugas dalam melayani pasien, dan atau kesembuhan penyakit yang sedang diderita oleh pasien.
2.      Bagi penyelenggara pelayanan kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi kesesuaian pelayanan yang diselenggarakan dengan perkembangan ilmu dan teknologi mutakhir dan atau otonomi profesi dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien.
3.      Bagi penyandang dana pelayanan kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada definisi efisiensi pemakai sumber dana, kewajaran pembiayaan kesehatan, dan atau kemampuan pelayanan kesehatan mengurangi kerugian penyandang dana pelayanan kesehatan.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Smith dan Metzner (1970) juga mencatat adanya perbedaan dimensi tersebut. Untuk para dokter sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan, dimensi mutu pelayanan kesehatanyang di[pandang paling penting adalah pengetahuan ilmiah yang memeiliki oleh dokter (80%), kemudian baru menyusul perhatian dokter secara pribadi kepada pasien (60%), keterampilan yang dimiliki dokter (50%), efisiensi pelayanan kesehatan (45%) serta kenyamanan pelayanan yang dirasakan oleh pasien (8%).
Sedangkan untuk pasien sebagai pemakai jasa pelayanan kesehatan, dimensi mutu pelayanan yang dipandang paling penting adalah efisiensi pelayanan kesehatan (45%),kemudian baru menyusul perhatian dokter secara pribadi kepada pasien (40%), pengetahuan ilmiah yang dimiliki dokter (40%), keterampilan yang dimiliki dokter (35%), serta kenyamanan pelayanan yang dirasakan oleh pasien (35%).
Untuk mengetasi perbedaan dimensi ini, telah diperoleh kesepakatan dalam membicarakan masalah mutu pelayanan kesehatan, soyogyanya pedoman yang dipakai adalah hakikat dasar daridiselenggarakannnya pelayanan kesehatan tersebut. Untuk inin mudah dipahami bahwa hakikat dasar yang dimaksud tidak lain adalah untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan para pemakai jasa pelayanan kesehatan (health needs and demands), yang apabila berhasil dipenuhi akan dapat menimbulkan rasa puas (client satisfaction) terhadap pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Dengan kesepakatan ini, disebutkan yang dimaksud dengan mutu pelayanan kesehatan adlaha yang menunjukkan pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik pulamutu pelayanan kesehatan.
Sekalipun pengertian mutu yang terkait dengan kepuasan ini telah diterima secara luas, namun penerapannya tidaklah semudah yang diperkirakan. Masalah pokok yang ditemukan ialah karenakepuasan tersebut ternyata bersifat subjektif. Tiap orang, tergantung dari latar belakang yang dimiliki, dapat saja memiliki tingkat kepuasan yang berbeda untuk satu pelayanan kesehatan yang sama. Disamping, sering pula ditemukan pelayanan kesehatan yang sekalipun dinilai telah memuaskan pasien, namun jikaa ditinjau dari kode etik serta standar pelayanan profesi, tidaklah terpenuhi.
Mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh banyak institusi kesehatan swasta misalnya, karena hamper selalu dapat memuaskan pasien, sering disebut sebagai pelayanan kesehatan yang bermutu. Tetapi akan bagaimanakah jika ditinjau dari kode etik dan atau standar pelayanan profesi, mengingat dari pelayanan kesehatan tersebut diselenggarakan secara berlebihan
Untuk mengatasi masalah ini, telah disepakati bahwa pembahasan tentang kepuasan pasien yang dikaitkan dengan mutu pelayanan kesehatan, mengenal paling tidak dua pembatasan. Pembatasan yang dimaksud ialah:
1)      Pembatasan pada derajat kepuasan pasien
Pembatasan pertama yang telah disepakati adalah pada derajat kepuasan pasien. Untuk menghindari adanya unsur subjektif individual yang dapat mempersulit pelaksanaan program menjaga mutu, ditetapkannyabahwa yang dimaksuda dengan kepuasan di sini, seklipun orintasinya tetap individual, tetapi ukuran yang dipakai adalha yang bersifat umum yakni yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk. Dengan perkataan lain, mutu suatu pelayanan kesehatan dinilai baik, apabila pelayanan kesehatan tersebut dapat menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk.
2)      Pembatasan pada upaya yang dilakukan
Pembatasan kedua yang telah disepakati adalah pada upaya yang dilakukan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Untuk melindungi kepentingan pemakai jasa pelayanan kesehatan, yang pada umumnya awam terhadap tindakan kedokteran (patient ignorancy), ditetapkannya upaya yang dilakukan tersebut harus sesuai dengan kode etik serta standar pelayanan profesi. Suatu pelayanan kesehatan, sekalipun dinilai dapat memuaskan pasien, tetapi apabila penyelenggaraannnya tidak sesuai dengan kode etik serta standar pelayanan profesi, bukanlah pelayanan kesehatan yang bermutu. Dengan perkataan lain dalam pengertian mutu pelayanan kesehatan tercakup pula kesempurnaan tata cara penyelenggaraan pelayanan kesehtan tersebut. Mutu suatu pelayanan kesehatan dinilai baim apabila tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar pelyanan profesi yang telah ditetapkan.

Bertitik tolak dari adalanya dua batasan ini, disebutkan yang dimaksud dengan mutu pelayanan kesehatan adalah yang menunjukkan pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang disatu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta dipihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetepkan.
2.   Standar
      Telah disebutkan bahwa masalah mutu akan muncul apabila unsur masukan, proses, lingkungan serta keluaran menyimpang dari standar yang telah ditetapkan. Dengan demikian untuk dapat menjaga mutu pelayanan kesehatan, perlulah dipahami apa yang dimaksud dengan standar tersebut. Pada saat ini batasan tentang standar banyak macamnya. Beberapa diantaranya yang dipandang cukup penting adalah:
a.    Sandar addalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal (Clinical Practice Guideline, 1990).
b.    Standar adalah kisaran pariasi yang masih dapat diterima (Clinical Practice Guideline, 1990).
c.    standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai yang diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan premeter yang telah ditetapkan (Donabedian, 1980).
d.   Standar adalah spesifikasi dari fungsi atau tujuan yang harus dipenuhi oleh suatu sarana pelayanan agar pemakai jasa pelayanan dapat memperoleh keuntungan yang maksimal dari pelayana yang diselenggarakan (Rowland dan Rowland, 1983).
e.    Standar adalah tujuan produksi yang nomerik, lazimnya ditetapkan secara sendiri bersifat mengikat, yang dipakai sebagai pedoman untuk memisahkan yang tidak dapat diterima atau buruk dengan yang dapat diterima atau baik (Brent James, 1985).
Secara umum standar program menjaga mutu dapat dibedakan :
1)   Standar persyaratan minimal
Adalah yang rnenunjuk pada keadaan minimal yang harus dipenuhi untuk menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, yang dibedakan dalam :
a.    Standar Masukan
Dalam standar masukan yang diperlukan untuk minimal terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, yaitu jenis, jumlah, dan kualifikasi/spesifikasi tenaga pelaksana sarana, peralatan, dana (modal). Jika standar masukan tersebut menunjuk pada tenaga pelaksana disebut dengan standar ketenagaan (standard of personnel). Sedangkan jika standar masukan tersebut pada sarana dikenal dengan nama standar sarana (standard of facilities). Untuk dapat menjamin terselenggaraannya pelayana kesehtan yang bermutu, standar masukan tersebut haruslah dapat ditetapkan.
b.    Standar lingkungan
Dalam standar lingkungan ditetapkan persyaratan minimal unsur lingkungan yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu yakni garis-garis besar kebijakan program, pola organisasi serta sistem manajemen, yang harus dipatuhi oleh semua pelaksana.


c.    Standar proses
Dalam standar proses ditetapkan persyaratan minimal unsur proses yang harus dilakukan untuk terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, yakni tindakan medis, keperawatan dan non medis (standard of conduct), karena baik dan tidaknya mutu pelayanan sangat ditentukan oleh kesesuaian tindakan dengan standar proses.
2)   Standar penampilan minimal
Yang dimaksud dengan standar penampilan minimal adalah yang menunjuk pada penampilan pelayanan kesehatan yang masih dapat diterima. Standar ini karena menunjuk pada unsur keluaran maka sering disebut dengan standar keluaran atau standar penampilan (Standard of Performance).Untuk mengetahui apakah mutu pelayanan yang diselenggarakan masih dalam batas-batas kewajaran, maka perlu ditetapkan standar keluaran. Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan maka keempat standar tersebut perlu dipantau, dan dinilai secara obyektif serta berkesinambungan. Bila ditemukan penyimpangan, perlu segera diperbaiki. Pemantauan dan penilaian standar ini diukur dari indikator yang sesuai, yang secara umum dapat dibedakan pula atas empat macam yakni indicator masukan, proses, lingkungan serta keluaran.
G.    PELAYANAN KEDOKTERAN
1.    Definisi
Secara umum yang dimaksud dengan pelyanan kedokteran (medical services) adalah bagian dari pelayanan kesehatan (health services) yang tujuan utamanya adalah untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta sasaran utamanya adalah perseoranagn ataupun keluarga. Sebenarnya sasaran perseorangan dan ataupun keluarga tersebut adalah sebagai satu kesatuan. Dalam arti, sekalipun yang dihadapi adalah perorang dalam satu keluarga, perhatian tidak boleh dilepaskan dari kehidupan keluarga secara keseluruhan. Pelayanan kedokteran yang memusatkan perhatian kepada perseorangan yang dikaitkan dengan kehidupan keluarga secara keseluruhan ini, dikenal dengan nama pelayanan dokter keluarga (family practice).
2.    Macam
Pelayanan kedokteran yang ditemukan dimasyarakat banyak macamnya. semuanya amat ditentukan oleh seberapa jauh peranan yang dimiliki oleh pihak swasta dalam turut menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kedokteran tersebut pada Negara yang tidak membenarkan keikutsertaan pihak swasta, macam pelayanan kedokteran yang ditemukan, tidak begitu bervariasi. Tetapi apabila peranan peran swasta tersebut besar, maka macam pelayanan kedokteran yang ditemukan amat beraneka macam. Adanya keaneka ragaman ini erat kaitannya dengan adanya inisiatif pihak swasta dalam menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kedokteran yang dianggap dapat memenuhi kebutuhan dan tuntunan masyarakat. Mudah dipahami karena kelangsungan hidup saranan pelayanan kedokteran swasta memang sangat dipengaruhi antara lain oleh seberapa jauh pelayanan kedokteran tersebut dapat diterima serta dimanfaatkan oleh segenap anggota masyarakat. Pada saat ini pembagian tentang macam pelayanan kedokteran hanya ditemukan. Beberapa diantaranya yang terpenting adalah:
a.    Ditinjau dari jumlah tenaga pengelolah
Untuk ini pelyanan kedokteran dapat dibedakan atas dua macam yakni:
1)   Diselenggarakan oleh satu orang
Bentuk pelayanan kedokteran yang diselenggarakan oleh satu orang (solo practice), amat popular di Indonesia. Inilah sebabnya banyak ditemukan Dokter ataupun Bidan yang membuka prktek perseorangan.
2)   Diselenggarakan oleh kelompok
Bentuk pelayanan kedokteran berkelompok (group practice) merupakan hal yang baru di Indonesia. Pelayanan kedokteran berkelompok ini banyak macamnya. Secara umum dapat dibedakan menjadi dua macam yakni:
i.   Hanya menyelenggarakan satu macam pelayanan kedokteran   saja, misalnya praktek bersam dokter ahli kebidanan dan praktek bersama ahli kesehatan.
ii. Menyelenggarakan lebih dari satu macam pelayanan kedokteran, misalnya praktek bersama dokter ahli kebidanan dengan dokter ahli kesehatan anak. Rumah sakit, rumah sakit bersalin, rumah bersalin dan lain sebagainya yang seperti ini, pada dasarnya termasuk dalam pelayanan kedokteran yang menyelenggarakan lebih dari satu macam pelayanan.
b.    Ditinjau dari cara pelayanan yang diselenggarakan
Untuk itu pelayanan kedokteran dibedakan menjadi dua macam yakni:
1)   Pelayanan rawat jalan
Contoh pelayanan rawat jalan (ambulatory) adalah pelayanan kedokteran yang diselenggarakan oleh poliklinik, balai pengobatan, PUSKESMAS dan ataupun praktek dokter perseorangan.


2)   Pelayanan rawat jalan dan rawat inap
Contoh pelayanan rawat jalan dan rawat inap (hospitalization) adalah pelayanan kedokteran yang diselenggarakan oleh rumah sakit, rumah sakit bersalin dan ataupun rumah bersalin.
c.       Ditinjau dari macam pelayanan yang diselenggarakan
jika ditinjau dari macam pelayanan yang diselenggarakan, pelayana kedokteran secara umum dapat dibedakan atas dua macam yakni:
1)   Menyediakan satu macam pelayanan kedokteran saja
Misalnya  praktek dokter umum atau praktek dokter spesialis.
2)   Menyediakan lebih dari sau macam pelayanan kedokteran
Untuk ini pelaana kedokteran dapat dibedakan menjadi dua macam yakni:
i. Pelayanan kedokterak tidak lengkap/menyeluruh (partial medical care), misalnya yang diselenggarakan oleh balai kesehatan ibu dan anak.
ii. Pelayanan kedokteran lengkap/menyeluruh (comprehensive medical care), misalnya yang diselenggarakan rumah sakit umum.
d.   Ditinjau dari penggunaan kemajuan ilmu teknologi kedokteran
Jika ditinjau dari penggunaan kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran, pelayanan kedokteran dapat dibedakan atas dua macam yakni:
1)   Pelayana kedokteran tradisional
Contoh pelayanan kedokteran tradisional (traditional medicine) adalah praktek dukun, tabib atau sinse.
2)   Pelayanan kedokteran moderen
Contoh pelayanan kedokteran modern (modern medical care) adalah berbagai pelayanan kedokteran yang dikenal saat ini.
e.    Ditinjau dari tingkat pendidikan dan keahlian tenaga pelaksana
untuk ini pelayanan kedokteran dibedakan atas empat macam yakni:
1)   Pelayanan kedokteran yang dilaksanakan oleh tenaga yang tidak mendapatkan pendidikan kedokteran modern, misalnya praktek dukun, tabib atau sinse.
2)   Pelayanan kedokteran yang dilaksanakan oleh tenaga paramedik, misalnya praktek bidan.
3)   Pelayanan kedokteran yang dilaksanakan oleh dokter umum, misalnya praktek dokter umum.
4)   Pelayanan kedokteran yang dilaksanakan oleh dokter spesialis atau dokter subspesialis.
f.       Ditinjau dari peranannya dalam penyembuhan penderita
Untuk ini pelayanan kedokteran dibedakan atas dua macam:
1)   Berhubungan langsung dengan penyembuhan penyakit
Contoh pelayanan kedokteran yang berhubungan langsung dengan penyembuhan penyakit (clinical services) adlaha berbagai pelayanan kedokteran yang diselenggarakan oleh praktek dokter dan rumah sakit.
2)   Tidak berhubungan langsung dengan penyembuhan penyakit
Contoh pelayanan kedokteran yang tidak berhubungan langsung dengan penyembuhan penyakit (non clinical services) adalah pelayanan laboratorium, pelayanan radiologis dan pelayanan apotik. Masih banyak lagi cara pembagian pelayanan kedokteran yang dikenal, yang jika diperhatikan dengan sesame, pada dasarnya tidak terlalu memperlihatkan perbedaan yang berarti.


BAB III
PENUTUP
A.  KESIMPULAN
pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atupun masyarakat. Pelayanan kesehatan dapat dibadakan jadi dua macam yakni pelayanan kedokteran dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Dalam hal ini selain pelayanan kedokteran ada juga pelayanan dokter keluarga yang membahas tentang pendidikan, ciri-ciri dan manfaat pelayanan dokter keluarga tersebut.
Maka dari itu pembangunan tempat pelayanan kesehatan sangatlah penting apalagi di bagian pedesaan yang cukup jauh dari kota.
B.     SARAN
Sebaiknya pembangunan berbagai pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, PUSKESMAS, POSYANDU dan lain sebagainya diterapkan pula pada berbagai pedesan yang jauh dari kota dan tidak bisa dijangkau dengan kendaraan beroda empat, agar masyarakat lain dapat juga merasakan pelayanan kesehatan yang baik dan bermutu.


DAFTAR PUSTAKA
Ilmu Kesehatan Masyarakat. Notoatmodjo, soekidjo. 2003. Jakarta
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/pengertian-mutu-pelayanan-kesehatan.html





Tidak ada komentar:

Posting Komentar