BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Indonesia
merupakan negara berkembang, dengan angka kematian penyakit menular cukup
tinggi dan prevalensinya meningkat karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan
serta perilaku hidup masyarakat.Terlebih dalam kondisi sosial ekonomi yang
kurang mendukung, tentu saja kejadian kasus penyakit menular ini memerlukan
penanganan yang lebih vital, profesional dan berkualitas (MDG, keenam). Manusia
sangat erat hubungannya dengan lingkungan, karena lingkungan merupakan daya
dukung manusia untuk kelangsungan hidupnya. Dalam perkembangan ilmu
epidemiologi menggambarkan secara spesifik bahwa lingkungan sejak lama
mempengaruhi terjadinya suatu penyakit atau wabah.Chikungunya misalnya,
penyakit ini dikenal dengan penyakit flu tulang, yang ditularkan oleh vektor
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang vektor penular penyakitnya sama
dengan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang cara penanggulangan telah
dikenal oleh masyarakat secara luas (Depkes RI, 2007). Penyakit ini ditandai
oleh gejala flu, sakit tulang belakang, sakit pada persendian, arthtritis pada
sendi-sendi di tangan dan tungkai. Penderita mengeluh tidak dapat bangun atau
berjalan.Pada penderita ada yang sembuh dalam beberapa hari, dan ada pula yang
sakit sampai berbulan-bulan. Penyakit Chikungunya tidak menyebabkankematian,
akan tetapi dapat mengganggu aktivitas manusia. Penyakit Chikungunya ini dapat
juga menyatu dengan penyakit Demam Berdarah ataupun dengan penyakit Demam
Kuning yang mematikan (Sembel, 2008).Pada tahun 1960-an virus chikungunya
merupakan suatu penyakit yang biasa menyerang bagian Tenggara Asia. Thaikruea
et.al. (1997) melaporkan bahwa virus Chikungunya pertama-tama didiagnosis di
Thailand pada 1960. Sesudah terjadi ledakan di India, Srilanka, Burma dan
Thailand akhirnya menghilang di daerah-daerah tersebut. Namun, pada tahun
1982-1985 terjadi ledakan-ledakan lokal dan kasus-kasus sporadik di Burma,
Thailand, dan Filiphina (Sembel, 2008).Penyakit chikungunya merupakan penyakit
re-emerging yaitu penyakit yang keberadaannya sudah ada sejak lama tetapi
sekarang muncul kembali. Sejak tahun 1779 di Batavia (Jakarta), telah
dilaporkan penyakit yang memiliki gejala mirip Chikungunya yang dikenal dengan
nama penyakit Knuckle Fever, di Kairo (1779) Knee Trouble, di Calcuta, Madras
dan Gujarat (1824) Scarletina Rhematica. Setelah hampir 20 tahun tidak ada
kejadian maka pada tahun 2001 mulai dilaporkan adanya Kejadian Luar Biasa (KLB)
chikungunya di Indonesia yaitu di Aceh, Sumatera Selatan,Jawa Barat. Pada tahun
2002 banyak daerah melaporkan terjadinya KLB Chikungunya seperti Palembang,
Semarang, Jawa Barat dan Sulawesi Utara.Pada awalnya terjadi kebingungan untuk
membedakan DEN (Dengue) dengan Chik (Chikungunya), tetapi sejak dapat dilakukan
isolasi virus maka kedua penyakit ini dapat dibedakan, demikian juga gejala
klinisnya yaitu Chikungunya lebih dominan pada nyeri di sendi-sendi.Demam
Chikungunya banyak dijumpai di daerah tropis dan sering menyebabkan epidemi
dalam interval tertentu (10-20 tahun). Beberapa faktor yang mempengaruhi
munculnya demam Chikungunya antara lain rendahnya status kekebalan
kelompok masyarakat, kepadatan populasi nyamuk penular karena banyak tempat
perindukan nyamuk yang biasanya terjadi pada musim penghujan seperti saat ini
(Depkes, 2009).
Dewasa ini
banyak sekali permasalahan yang menyangkut tentang kesehatan, terutama di
negara kita Indonesia. Masalah yang dihadapi masyarakat Indonesia sekarang ini
adalah tentang kurangnya pemeliharaan kesehatan yang efisien oleh sebagian
besar masyarakat Indonesia. Sekarang ini, sebagian besar masyarakat Indonesia
tidak begitu mengerti dan paham tentang masalah kesehatan, karena mereka tidak
begitu memiliki wawasan yang luas tentang masalah kesehatan. Akibatnya banyak
masyarakat Indonesia yang terkena penyakit, karena dari kurangnya memperhatikan
kesehatan masyarakat di lingkungan mereka sendiri secara tidak langsung mereka
juga tidak memperhatikan masalah kesehatan tempat tinggal mereka. Karena
kurangnya memperhatikan kebersihan dan kesehatan lingkungan tempat tinggal
mereka banyak wabah penyakit yang mudah berkembang dilingkungan yang kurang
sehat. Sehingga banyak masyarakat Indonesia terutama yang berada didaerah
terpencil ini yang terkena penyakit. Karena banyaknya masyarakat di daerah
terpencil yang terkena penyakit dan mewabah kedaerah lainnya maka disebut juga
sebagai kejadian luar biasa (KLB). Salah satu kejadian luar biasa ini yaitu
Demam Chikungunya. Demam Chikungunya merupakan penyakit yang disebabkan oleh
virus yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk. Penyakit ini pertama
dideskripsikan pada tahun 1955 oleh Marion Robinsoni dan W.H.R Lumsden diikuti
oleh kejadian KLB tahun 1952 di Makonde, Plateau, daerah sepanjang Tanganyika
and Mozambique.seperti halnya penyakit malaria dan DBD, penyakit infeksi ini
kebanyakan menjadi endemic di Negara India, khususnya India bagian tengah dan
selatan (Kamath at all, 2006). Kejadian luar biasa ini menjadi perhatian khusus
bagi kita sebagi calon sarjana kesehatan masyarakat dan para masyarakat umum di
Indonesia unuk lebih memperhatikan kesehatan dan kebersihan lingkungan
disekitar kita, agar tidak lagi terjadi kejadian luar biasa (KLB).
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Pengertian
penyakit Malaria
2.
Penyebab
( agen) Penyakit Malaria
3.
Pencegahan
Penyakit Dan Factor Perilaku
4.
Pengertian
Malaria Chikungunya
5.
Penyebab
(Agen) penyakit Chikungunya
6.
Cara
Penularan penyakit Chikungunya
7.
Cara
pencegahan dan factor perilaku penyakit Chikungunya
C.
TUJUAN
1.
Mengetahui penyakit Malaria
2.
Mengetahui
Penyebab ( agen) Penyakit Malaria
3.
Mengetahui
Pencegahan Penyakit Dan Factor Perilaku
4.
Mengetahui Pengertian
Malaria Chikungunya
5.
Mengetahui
Penyebab (Agen) penyakit Chikungunya
6.
Untuk
mengetahui Cara Penularan penyakit Chikungunya
7.
Untuk
mengetahui Cara pencegahan dan factor perilaku penyakit Chikungunya
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENYAKIT MALARIA
1.
Pendahuluan /
Identifikasi Penyakit Malaria
Malaria
merupakan penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam
darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan
splenomegali. penyakit menular ini sangat dominan di daerah tropis dan
sub-tropis atau kawasan tropika yang biasa namun apabila diabaikan dapat
menjadi penyakit yang serius. Parasit penyebab malaria seperti malaria jenis
Plasmodium falciparum merupakan malaria tropika yang sering menyebabkan
kematian. Ia adalah suatu protozoa yang dipindahkan kepada manusia melalui
gigitan nyamuk Anopheles betina terutama pada waktu terbit dan terbenam
matahari. Setidaknya 270 juta penduduk dunia menderita malaria dan lebih dari 2
miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat
setiap tahunnya tidak kurang dari 1 hingga 2 juta penduduk meninggal karena
penyakit yang disebarluaskan nyamuk Anopheles.
2.
Penyebab ( agen)
Penyakit Malaria
Penyakit
malaria disebabkan oleh bibit penyakit yang hidup di dalam darah manusia. Bibit
penyakit tersebut termasuk binatang bersel satu, tergolong amuba yang disebut
Plasmodium. Kerja plasmodium adalah merusak sel-sel darah merah. Dengan
perantara nyamuk anopheles, plasodium masuk ke dalam darah manusian dan
berkembang biak dengan membelah diri. Ada empat macam plasmodium yang
menyebabkan malaria:
a)
Falciparum,
penyebab penyakit malaria tropika. Jenis malaria ini bisa menimbulkan kematian.
b)
Vivax,
penyebab malaria tersiana. Penyakit ini sukar disembuhkan dan sulit kambuh.
c)
Malaria,
penyebab malaria quartana. Di Indonesia penyakit ini tidak banyak ditemukan.
d)
Ovale,
penyebab penyakit malaria Ovale. Tidak terdapat di Indonesia.
3.
Reservoir/inang
(host) Penyakit Malaria
Penyebaran
penyakit malaria ditentukan oleh factor host, agent dan environment. Penularan
malaria terjadi apabila komponen tersebut saling berhubung.
a)
Host
(Penjamu)
Adalah makhluk hidup termasuk manusia
yang bisa terinfeksi oleh agent atau penyebab penyakit dan merupakan tempat
berkembang biaknya agent (parasit/ plasmodium). Bagi pejamu ada beberapa factor
intrinsic yang dapat mempengaruhi kerentanan host terhadap agent. Factor
tersebut mancakup:
1)
Umur
: anak-anak lebih rentan terhadap infeksi malaria.
2)
Jenis
kelamin : infeksi malaria tidak membedakan jenis kelamin tetapi bila
menginfeksi ibu hamil akan menyebabkan anemia yang lebih berat.
3)
Ras
: beberapa ras manusia mempunyai kekebalan alamiah terhadap malaria, misalnya
penderita sicle cell dan ovalositisis.
4)
Riwayat
malria sebelum : orang yang pernah terinfeksi malaria, biasanya akan membentuk
imunitas sehingga cenderung lebih tahan terhadap infeksi malaria.
5)
Cara
hidup : cara hidup/ perilaku sangat berpengaruh terhadap penularan malaria,
misalnya tidur tanpa kelambu dan kebiasaan berada di luar rumah pada malam
hari.
6)
Sosial
ekonomi : keadaan social ekonomi erat hubungannya dengan cara hidup yang
beresiko terhadap penularan malaria, misalnya kualitas rumah.
7)
Status
gizi : masyarakat yang status gizi kurang dan tinggal di daerah endemis malaria
lebih rentan terhadap infeksi malaria.
8)
Imunitas
: Masyarakat yang tinggal di daerah endemis mempunyai imunitas alami terhadap
infeksi malaria.
b)
Agent
(parasit/Plasmodium)
Agent penyebab malaria termasuk agent
biologi yaitu Protozoa. Agent parasit malaria hidup dalam tubuh manusia dan
dalam tubuh nyamuk. Manusia sebagai host intermediate (sementara) sedangkan
nyamuk disebut host devinitiove (tetap).
c)
Environment
(Lingkungan)
Adalah
lingkungan dimana manusia dan nyamuk berada dan nyamuk akan berkembang dengan
baik bila lingkungan sesuai dengan yang dibutuhkan untuk berkembang biak.
Factor lingkungan dikategorikan dalam 3 kelompok yaitu:
1)
Fisik
: kondisi udara, musim, cuaca, kondisi geografi dan geologinya.
2)
Biologi
: Terdiri dari hewan atau tumbuhan yang berfungsi sebagai agent, reservoir
maupun vector dan mikroorganisme saprofit serta tumbuhan yang merupakan sumber
nutrient.
3)
Sosial
Ekonomi : kepadatan penduduk, stratifikasi social (tingkat pendidikan,
pekertjaan), nilai-nilai social, kemiskinan.
4.
Distribusi
penyakit Penyakit Malaria
Batas penyebaran malaria adalah 640 LU
dan 320 LS, ketinggian yang dimungkinkan adalah 400 m dibawah permukaan laut
dan 2600 m diatas permukaan laut.
1.
Plasmodium
Vivax
Penyakit distribusi geografis yang
paling luas, mulai dari daerah beriklim dingin, sub tropic hingga tropic.
2.
Plasmodium Falciparum
3.
Jarang
didapat di daerah beriklim dingin.
4.
Plasmodium
Malariae
Hampir
sama dengan Plasmodium Falciparum tetapi lebih jarang terjadi.
Di
Indonesia penyakit malaria tersebar diseluruh pulau dengan derajat endemisitas
yang berbeda-beda, dapat berjangkit di daerah dengan ketinggian 1800 m diatas
permukaan laut, spesies terbanyak dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan
Plasmodium Vivax.
5.
Masa inkubasi Penyakit
Malaria
Masa
inkubasi penyakit malaria bervariasi antara 9-30 hari tergantung pada species
parasit. Masa inkubasi tergantung pada :
a.
Intensitas
Infeksi.
b.
Pengobatan
yang pernah didapat sebelumnya.
c.
Tingkat
imunitas penderita.
d.
Cara
penularan (alamiah/ bukan alamiah)
Pada
penularan bukan alamiah seperti lewat transfuse darah, masa inkubasi tergantung
pada jumlah parasit yang ikut masuk bersama darah.
Secara
umum dapat dikatakan masa inkubasi Plasmodium Falciparum adalah 10 hari setelah
transfuse, masa inkubasi Plasmodium Vivax adalah 16 hari setelah transfuse,
sedangkan Plasmodium Malariae adalah 40 hari/ lebih setelah transfuse. Masa
inkubasi pada penularan masing-masing spesies adalah P. falciparum 12 hari, P.
vivax 13-17 hari, sedangkan P. malariae 28-30 hari.
6.
Cara penularan
penyakit malaria
Cara
penularan penyakit malaria dapat di bedakan menjadi dua macam yaitu :
a.
Penularan
secara alamiah (natural infection)
Malaria
ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Nyamuk ini jumlahnya kurang lebih ada 80
jenis dan dari 80 jenis itu, hanya kurang lebih 16 jenis yang menjadi vector
penyebar malaria di Indonesia. Penularan secara alamiah terjadi melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi oleh Plasmodium. Sebagian besar
spesies menggigit pada senja dan menjelang malam hari. Beberapa vector
mempunyai waktu puncak menggigit pada tengah malam dan menjelang pajar. Setelah
nyamuk Anopheles betina mengisap darah yang mengandung parasit pada stadium
seksual (gametosit), gamet jantan dan betina bersatu membentuk ookinet di perut
nyamuk yang kemudian menembus di dinding perut nyamuk dan membentuk kista pada
lapisan luar dimana ribuan sporozoit dibentuk. Sporozoit-sporozoit tersebut
siap untuk ditularkan. Pada saat menggigit manusia, parasit malaria yang ada
dalam tubuh nyamuk masuk ke dalam darah manusia sehingga manusia tersebut
terinfeksi lalu menjadi sakit.
b.
Penularan
tidak alamiah (not natural infection)
a). Malaria
bawaan
Terjadi
pada bayi yang baru lahir karena ibunya menderita malaria. Penularannya terjadi
melalui tali pusat atau plasenta (transplasental)
b)
Secara
mekanik
Penularan terjadi melalui transfusi
darah melalui jarum suntik.
7.
Masa penularan Penyakit
Malaria
pada
penularan alamiah, untuk species Plasmodium falciparum 12 hari, vivax dan
ovalet 3-17 hari, dan malariae 2-30 hari. Sedangkan yang tidak alamiah, species
plasmodium fatciparum LO hari, vivax76 hari dan malariae40hari atau lebih
setelah penularan.
8.
Kerentanan dan
Kekebalan Pejamu Penyakit Malaria
Host
yang rentan terhadap penyakit malaria ini biasanya kecenderungannya adalah anak
kecil. Hal ini dikarenakan anak kecil biasanya bermain ditempat-tempat yang
menjadi sarang perindukan nyamuk Anopheles seperti tempat-tempat yang tergenang
oleh air. Kekebalan host terhadap penyakit malaria yaitu pada orang yang pernah
terinfeksi malaria, biasanya akan membentuk imunitas sehingga cenderung lebih
tahan terhadap infekisi malaria.
9.
Pencegahan Penyakit Dan Factor Perilaku
Pencegahan
penyakit malaria dapat dilakukan dengan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN),
berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk, atau upaya pencegahan dengan
pemberian obat Chloroquine bila mengunjungi daerah endemik malaria.Kondisi
lingkungan berhubungan erat dengan kesehatan manusia. Udara, air, tanah, dan
hewan di lingkungan kita dapat menjadi penyebab timbulnya penyakit. Apalagi
jika tidak dikelola dengan baik.
B.
MALARIA CHIKUNGUNYA
1.
Pengertian
Malaria Chikungunya
Chikungunya adalah
sejenis demam virus yang disebabkan alphavirus yang disebarkan oleh gigitan
nyamuk dari spesies Aedes aegypti. Namanya berasal dari sebuah kata dalam
bahasa Makonde yang berarti "yang melengkung ke atas", merujuk kepada
tubuh yang membungkuk akibat gejala-gejala arthritis penyakit ini. Chikungunya berasal dari bahasa Swahili berdasarkan
gejala pada penderita, yang berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung (that
which contorts or bends up), mengacu pada postur penderita yang membungkuk
akibat nyeri sendi hebat (arthralgia). Nyeri sendi ini menurut lembar data
keselamatan (MSDS) Kantor Keamanan Laboratorium Kanada, terutama terjadi pada
lutut, pergelangan kaki serta persendian tangan dan kaki. Selain kasus demam
berdarah yang merebak di sejumlah wilayah Indonesia, masyarakat direpotkan pula
dengan kasus Chikungunya. Gejala penyakit ini termasuk demam mendadak yang
mencapai 39 derajat C, nyeri pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan,
jari kaki dan tangan serta tulang belakang yang disertai ruam (kumpulan
bintik-bintik kemerahan) pada kulit. Terdapat juga sakit kepala, conjunctival
injection dan sedikit fotofobia. Ujian
serologi untuk Chikungunya tersedia di Universitas Malaya di Kuala Lumpur,
Malaysia.
Tidak terdapat sebarang rawatan khusus bagai Chikungunya. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri sendiri dan akan sembuh sendiri. Perawatan berdasarkan gejala disarankan setelah mengetepikan penyakit-penyakit lain yang lebih berbahaya.
Tidak terdapat sebarang rawatan khusus bagai Chikungunya. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri sendiri dan akan sembuh sendiri. Perawatan berdasarkan gejala disarankan setelah mengetepikan penyakit-penyakit lain yang lebih berbahaya.
2.
Penyebab (Agen)
penyakit Chikungunya
Vektor
penular penyakit demam Chikungunya adalah Nyamuk A. aegypti dan A. africanus.
A. aegypti yang paling berperan dalam penularan penyakit demam Chikungunya
karena hidup dalam dan sekitar tempat tinggal manusia sehingga banyak kontak
dengan manusia. A. aegypti adalah spesies nyamuk tropis dan sub tropis.
Nyamuk
ini berkembang biak di dalam air bersih dan tempat – tempat gelap yang lembab,
baik di dalam maupun di dekat rumah. Tempat yang sering dijadikan sarang untuk
bertelur adalah drum, batok kelapa, kaleng-kaleng bekas, pot bunga, ember, vas
bunga, tangki air tempat penampungan air pada lemari es, ban-ban bekas dan
botol-botol kosong serta salah satu yang lain adalah talang atap rumah yang
tergenang sisa air hujan.
Nyamuk
A.aegypti berukuran kecil dibanding nyamuk lain. Ukuran badan 3-4 mm, berwarna
hitam dengan hiasan bintik-bintik putih di badannya dan pada kakinya warna
putih melingkar. Nyamuk dapat hidup berbulan-bulan, nyamuk jantan tidak
menggigit manusia, ia makan buah.Hanya nyamuk betina yang menggigit, yang
diperlukan untuk membuat telur. Telur nyamuk Aedes diletakkan induknya
menyebar, berbeda dengan nyamuk lain yang dikeluarkan berkelompok.Nyamuk
bertelur di air bersih, telur menjadi pupa beberapa minggu. Nyamuk Aedes bila
terbang hampir tidak berbunyi, sehingga manusia yang diserang tidak mengetahui
kehadirannya.Menyerang dari bawah atau dari belakang,terbang sangat cepat.Telur
nyamuk Aedes dapat bertahan lama dalam kekeringan (dapat > 1 tahun). Virus
dapat masuk dari nyamuk ke telur;nyamuk dapat bertahan dalam air yang
chlorinated. Nyamuk Aedes Aegypti merupakan vektor chikungunya (CHIK) virus
alphavirus, beberapa nyamuk resisten terhadap CHIK virus namun sebagian
susceptibility. Ternyata susceptibility gene berada di kromoson 3.Vektor
chikungunya di asia adalah aedes aegypti, aedes albopictus.
3.
Reservoir/Inang
(Host) penyakit Chikungunya
Reservoir
dari penyakit chikungunya adalah manusia. Namun berdasakan literature hewan
primate (monyet, kera) juga dapat sebagai reservoir.
4.
Distribusi
penyakit penyakit Chikungunya
Ø Menurut orang,
chikungunya banyak menyerang wanita dan anak-anak.
Ø Menurut tempat,
chikungunya banyak terjadi di daerah berpenduduk padat dan daerah yang endemis
chikungunya.
Ø Menurut waktu ,
waktu penyebaran penyakit chikungunya secara umum pada musim hujan, tapi tidak
selamanya pada musim hujan mempunyai insidensi tinggi untuk penyakit
chikungunya, tergantung juga pada genangan air yang akan terbentuk jika terjadi
hujan.
Penyakit
ini cenderung menimbulkan kejadian luar biasa pada sebuah wilayah. KLB
chikungunya di dunia terjadi pada tahun 1779, di Batavia dan Kairo, 1823 di
Zanzibar, 1824 di India, 1870 di zanzibar, 1871 di India, 1901 di Hongkong,
Burma dan madras, 1973 di Calcuta.
5.
Masa Inkubasi
penyakit Chikungunya
Masa
inkubasi penyakit ini 1 – 4 hari. Kemudian, gejala akutnya selama 3 – 10 hari,
hampir mirip dengan gejala demam berdarah, yaitu bintik-bintik merah di badan
terutama lengan, nyeri sendi dan otot, sakit punggung, sakit perut, mual, sakit
kepala, menggigil, dan demam tinggi mencapai 39 derajat Celsius. Tapi pada
cikungunya tidak ada pendarahan. Sebenarnya, setelah virus cikungunya masuk dan
menyebar ke tubuh, akan hilang dengan sendirinya (self limiting deseases), tapi
dampaknya berupa nyeri sendi masih akan terasa selama berminggu-minggu bahkan
bulan setelah demam hilang.
6.
Cara Penularan
penyakit Chikungunya
Penularan
demam Chikungunya terjadi apabila penderita yang sakit digigit oleh nyamuk
penular , kemudian nyamuk penular tersebut menggigit orang lain. Virus
menyerang semua usia, baik anak-anak maupun dewasa di daerah endemis (berlaku
dengan kerap di suatu kawasan atau populasi dan senantiasa ada). Selain
manusia, primata lainnya diduga dapat menjadi sumber penularan. Selain itu,
pada uji hemaglutinasi inhibisi, mamalia, tikus, kelelawar, dan burung juga
bisa mengandung antibodi terhadap virus Chikungunya.
Seseorang
yang telah dijangkiti penyakit ini tidak dapat menularkan penyakitnya itu
kepada orang lain secara langsung. Proses penularan hanya berlaku pada nyamuk
pembawa. Masa inkubasi dari demam Chikungunya berlaku di antara satu hingga
tujuh hari, biasanya berlaku dalam waktu dua hingga empat hari. Manifestasi
penyakit berlangsung tiga sampai sepuluh hari.
10. Masa penularan penyakit Chikungunya
Masa
penularan dari demam chikungunya adalah 2-4 hari. Viremia dijumpai kebanyakan
dalam 48 jam pertama dan dapt dijumpai sampai 4 hari pada beberapa pasien.
Manifestasi panyakit berlangsung 3-10 hari.
7.
Kerentanan dan
kekebalan penyakit Chikungunya
Untuk
memperbaiki keadaan umum penderita dianjurkan makan makanan yang bergizi, cukup
karbohidrat dan terutama protein serta minum sebanyak mungkin. Perbanyak
mengkonsumsi buah-buahan segar atau minum jus buah segar.
Pemberian vitamin peningkat daya tahan tubuh mungkin bermanfaat untuk
penanganan penyakit. Selain vitamin, makanan yang mengandung cukup banyak protein
dan karbohidrat juga meningkatkan daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh yang bagus
dan istirahat cukup bisa mempercepat penyembuhan penyakit. Minum banyak juga
disarankan untuk mengatasi kebutuhan cairan yang meningkat saat terjadi demam.
8.
Cara pencegahan
dan factor perilaku penyakit Chikungunya
Satu-satunya
cara mencegah penyakit ini adalah membasmi nyamuk pembawa virusnya, termasuk
memusnahkan sarang pembiakan larva untuk menghentikan rantai hidup dan
penularannya. Cara sederhana yang sering dilakukan masyarakat misalnya:
Ø Menguras bak
mandi, paling tidak seminggu sekali. Mengingat nyamuk tersebut berkembang biak
dari telur sampai dewasa dalam kurun waktu 7-10 hari.
Ø Menutup tempat
penyimpanan air
Ø Mengubur sampah
Ø Menaburkan
larvasida.
Ø Memelihara ikan
pemakan jentik
Ø Pengasapan
Ø Pemakaian anti
nyamuk
Ø Pemasangan kawat
kasa di rumah.
Selain
itu, nyamuk juga menyenangi tempat yang gelap, lembab, dan pengap. Pintu dan
jendela rumah dibuka setiap hari mulai dari pagi hingga sore, agar udara segar
dan sinar matahari dapat masuk, sehingga terjadi pertukaran udara dan
pencahayaan yang sehat.
Insektisida
yang digunakan untuk membasmi nyamuk ini adalah dari golongan malation,
sedangkan themopos untuk mematikan jentik-jentiknya. Malation dipakai dengan
cara pengasapan, bukan dengan menyemprotkan ke dinding. Hal ini dikarenakan
nyamuk Aedes aegypti tidak suka hinggap di dinding, melainkan pada benda-benda
yang menggantung.
Halaman
atau kebun di sekitar rumah harus bersih dari benda-benda yang memungkinkan
menampung air bersih, terutama pada musim hujan seperti sekarang. Pintu dan
jendela rumah sebaiknya dibuka setiap hari, mulai pagi hari sampai sore, agar
udara segar dan sinar matahari dapat masuk, sehingga terjadi pertukaran udara
dan pencahayaan yang sehat. Dengan demikian, tercipta lingkungan yang tidak
ideal bagi nyamuk tersebut.
Pencegahan
individu dapat dilakukan dengan cara khusus seperti penggunaan obat oles kulit
(insect repellent) yang mengandung DEET atau zat aktif EPA lainnya. Penggunaan
baju lengan panjang dan celana panjang juga dianjurkan untuk dalam keadaan
daerah tertentu yang sedang terjadi peningkatan kasus
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Malaria
merupakan penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam
darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan
splenomegali.
Penyakit
chikungunya merupakan penyakit yang berjangkit pada suatu kawasan atau populasi
(endemik) yaitu suatu penyakit menular dengan gejala utama demam mendadak,
nyeri pada persendian, terutama pada sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan
tangan serta tulang belakang, serta ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan)
pada kulit. Gejala lainnya yang dapat dijumpai adalah nyeri otot, sakit kepala,
mengigil, kemerahan pada konjungtiva, pembesaran kelenjar getah bening di
bagian leher, muntah, kadang-kadang gatal terutama pada ruam.
B.
SARAN
1.
Diharapakan
masyarakat dapat lebih meningkatkan perhatian terhadap kebersihan lingkungan
demi peningkatan derajat kesehatan yang optimal.
2.
Diharapkan
masyarakat dapat melakukan tindakan pencegahan terhadap penularan penyakit
malaria dan chikungunya dengan cara melaksanakan 3 M plus.
3.
Diharapkan
pemerintah dapat meningkatkan kewaspadaan dini terhadap virus malaria, dan chikungunya
guna pencegahan penyebaran penyakit chikungunya di masyarakat dengan
melaksanakan penyuluhan-penyuluhan lewat komunikasi,informasi dan edukasi
,serta pemantauan wilayah endemis untuk terjadinya penyebaran virus malaria dan
chikungunya.
DAFTAR PUSTAKA
Kautsar, Ummu. 2010. Penyakit chikungunya. Diakses
pada tanggal 06 MEI 2015. Anonim, 2010. Demam Chikungunya.
http://medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=3011
diakses tanggal 06 MEI 2015.
Judarwanto. 2009. Berbahayanya Penyakit Demam
Chikungunya. Diakses pada tanggal 06 MEI 2015.
USACHPPM. 2006. Chikungunya.
http://chppm.www.apgea.army.mil. Diakses pada tanggal 06 MEI 2015.
Jawetz Ernest, Joseph L. Melnick, Edward A. Adelberg. 1974. Review Of Medical Microbiology. Los altos, California : LANGE Medical Publications.
Jawetz Ernest, Joseph L. Melnick, Edward A. Adelberg. 1974. Review Of Medical Microbiology. Los altos, California : LANGE Medical Publications.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar