Jumat, 24 Maret 2017

Makala Demam Tifoid

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Demam tifoid merupakan penyakit yang hampir semua ditemukan terjadi pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Sumber penularan penyakit demam tifoid adalah penderita yang aktif, penderita dalam fase konvalesen, dan kronik karier. Demam Tifoid juga dikenali dengan nama lain yaitu Typhus Abdominalis,Typhoid fever atau Enteric fever. Demam tifoid adalahpenyakit sistemik yang akut yang mempunyai karakteritik demam, sakit kepala dan ketidakenakan abdomen berlangsung lebih kurang 3 minggu yang juga disertai gejala-gejalapada perut meliputi pembesaran limpa dan erupsi kulit. Demam tifoid (termasuk para-tifoid) disebabkan oleh kuman Salmonella typhi, S paratyphi A, S paratyphi B dan S paratyphi C. Jika penyebabnya adalah S paratyphi, gejalanya lebih ringan dibanding dengan yang disebabkan oleh S typhi.
Penyakit Demam Tifoid (bahasa Inggris: Typhoid fever) yang biasa juga disebut typhus atau types dalam bahasa Indonesianya, merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Typhi terutama menyerang bagian saluran pencernaan. Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di masyarakat (endemik) di Indonesia, mulai dari usia balita, anak-anak dan dewasa.
Sejak awal abad ke 20, insidens demam tifoid menurun di USA dan Eropa dengan ketersediaan air bersih dan sistem pembuangan yang baik yang sampai saat ini belum dimiliki oleh sebagian besar negara berkembang. Secara keseluruhan, demam tifoid diperkirakan menyebabkan 21,6 juta kasus dengan
216.500 kematian pada tahun 2000. Insidens demam tifoid tinggi (>100 kasus per 100.000 populasi per tahun) dicatat di Asia Tengah dan Selatan, Asia Tenggara, dan kemungkinan Afrika Selatan; yang tergolong sedang (10-100 kasus per 100.000 populasi per tahun) di Asia lainnya, Afrika, Amerika Latin, dan Oceania (kecuali Australia dan Selandia Baru); serta yang termasuk rendah (<10 kasus per 100.000 populasi per tahun) di bagian dunia lainnya.
Manusia adalah satu-satunya penjamu yang alamiah dan merupakan reservoir untuk Salmonella typhi. Bakteri tersebut dapat bertahan hidup selama berhari-hari di air tanah, air kolam, atau air laut dan selama berbulan-bulan
dalam telur yang sudah terkontaminasi atau tiram yang dibekukan. Pada daerah endemik, infeksi paling banyak terjadi pada musim kemarau atau permulaan musim hujan. Dosis yang infeksius adalah 103-106 organisme yang
tertelan secara oral.1,2 Infeksi dapat ditularkan melalui makanan atau air yang terkontaminasi oleh feses. Di Indonesia, insidens demam tifoid banyak dijumpai pada populasi yang berusia 3-19 tahun. Selain itu, demam tifoid di Indonesia juga berkaitan dengan rumah tangga, yaitu adanya anggota keluarga dengan riwayat terkena demam tifoid, tidak adanya sabun untuk mencuci tangan, meng-gunakan piring yang sama untuk makan, dan tidak tersedianya tempat buang air besar dalam rumah.
Demam tifoid merupakan penyakit endemik yang termasuk dalam masalah kesehatan di negara berkembang, termasuk Indonesia karena dapat membawa dampak peningkatan angka morbiditas maupun angka mortalitas.. Diperkirakan menyerang 22 juta orang pertahun dengan angka kematian mencapai 200.000 jiwa per tahun. Menurut WHO, pada tahun 2003 terdapat sekitar 900.000 kasus di Indonesia, dimana sekitar 20.000 penderitanya meninggal dunia.1,2 Demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh bakteriSalmonella enteritica, khususnya serotype Salmonella typhi. Bakteri ini termasuk kumanGram negatif yang memiliki flagel, tidak berspora, motil, berbentuk batang, berkapsul dan bersifat fakultatif anaerob dengan karakteristik antigen O, H dan Vi. Penyebarannya terjadi secara fekal-oral melalui makanan ataupun minuman. Masa inkubasi demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari. Usaha penanggulangan demam tifoid meliputi pengobatan danpencegahan. Pencegahan demam tifoid terdiri dari pencegahan primer, sekunder dan tersier. Untuk mendukung keberhasilan penanggulangan demam tifoid diperlukan data lapangan yang lengkap dan akurat melalui kegiatan surveilans.
Menurut keterangan dr. Arlin Algerina, SpA, dari RS internasional Bintaro, Di Indonesia, diperkirakan antara 800 - 100.000 orang terkena penyakit tifus atau demam tifoid sepanjang tahun. Demam ini terutama muncul di musim kemarau dan konon anak perempuan lebih sering terserang, peningkatan kasus saat ini terjadi pada usia dibawah 5 tahun.   Berdasarkan dari hasil-hasil survei yang telah dilakukan peneliti sebelumnya pada suatu daerah terdapat Subjek penelitian berjumlah 169 penderita yang terdiri dari 89 laki-laki dan 80 perempuan. Angka kejadian tertinggi terjadi pada bulan November 2009 (43,8%) yang diikuti dengan curah hujan yang tinggi. Kecamatan dengan insiden tertinggi terdapat pada kecamatan Semarang Barat dan kecamatan Genuk dengan 21 kasus (12,4%). Umur penderita berkisar antara 0 sampai dengan 86 tahun dengan angka tertinggi pada kelompok umur 0-10 tahun (43,8%). Kasus demam tifoid cenderung tersebar secara merata terutama terdapat pada daerah dengan kepadatan penduduk tinggi dan sekitar area tempat tinggal penderita demam tifoid. Kasus demam tifoid lebih banyak pada saat terjadinya peningkatan curah hujan.
Demam typhoid timbul akibat dari infeksi oleh bakteri golongan Salmonella yang memasuki tubuh penderita melalui saluran pencernaan. Sumber utama yang terinfeksi adalah manusia yang selalu mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit, baik ketika ia sedang sakit atau sedang dalam masa penyembuhan. Pada masa penyembuhan, penderita pada masih mengandung Salmonella spp didalam kandung empedu atau di dalam ginjal. Sebanyak 5% penderita demam tifoid kelak akan menjadi karier sementara, sedang 2 % yang lain akan menjadi karier yang menahun. Sebagian besar dari karier tersebut merupakan karier intestinal (intestinal type) sedang yang lain termasuk urinary type. Kekambuhan yang ringan pada karier demam tifoid, terutama pada karier jenis intestinal, sukar diketahui karena gejala dan keluhannya tidak jelas.
Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses perubahan pada diri seseorangyang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu dan masyarakat.Selain itu, pendidikan kesehatan juga merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis, yang di dalamnya seseorang dapat menerima ataumenolak informasi, sikap maupun praktek baru yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat.
Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan subyeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan (Depkes RI, 2004). 
Menurut Permenkes, makanan adalah barang yang digunakan sebagai makanan atau minuman manusia, termasuk permen karet dan sejenisnya akan tetapi bukan obat (PERMENKES, 2000).
Makanan yaitu semua substansi yang diperlukan tubuh, kecuali air dan obat-obatan dan semua substansi-substansi yang dipergunakan untuk pengobatan (Depkes RI, 1989). Makanan merupakan sumber utama bagi tubuh dalam mengoptimalkan kerja fisik, namun apabila makanan sudah terkontaminasi mengakibatkan suatu penyakit. Oleh sebab itu proses pengolahan dan penyimpanan yang benar haruslah diperhatikan. Karena makanan bisa menjadi agen atau sumber unutk pembiakan kuman maupun bakteri yang dapat mengakibatkan penurunan kesehatan tubuh yang sudah mengkonsumsinya.
B.     Rumusan masalah
  1. Apa sajakah unssur penyebab penyakit tifoid?
  2. Bagaimana cara penularan penyakit tifoid ?
  3. Bagaimana cara keluar dari sumber dan cara masuk ke pejamu?
  4. Bagaimana bentuk pembawa kuman (carrier) pada penyakit tifoid?


C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui uns penyebab penyakit tifoid.
2.      Untuk mengetahui cara penularan penyakit tifoid.
3.      Untuk mengetahui cara keluar dari sumber dan cara masuk ke pejamu.
4.      Untuk mengetahui bentuk pembawa kuman (carrier) pada penyakit tifoid.
D.    Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang penyakit tifoid.


BAB II
PEMBAHASAN

A.      UNSUR PENYEBAB PENYAKIT TIFOID
Ada beberapa unsur penyebab terjadinya suatu penyakit yaitu kelompok artropoda (serangga), Kelompok cacing/helmit, Kelompok protozoa, fungus atau jamur, Bakteri dan Virus. Namun pada Penyakit tifoid unsur penyebabnya yaitu tergolong dalam Bakteri yaitu Penyakit tifoid disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhosa, basil gram negatif, berflagel (bergerak dengan bulu getar), anaerob, dan tidak menghasilkan spora. Bakteri tersebut memasuki tubuh manusia melalui saluran pencernaan dan manusia merupakan sumber utama infeksi yang mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit saat sedang sakit atau dalam pemulihan. Seperti yang diketahui bakteri ini dapat hinggap di kelompok artropoda atau serangga sebagai vector dalam penularan penyakit seperti kutu, tungau, dan caplak.

B.       CARA PENULARAN PENYAKIT TIFOID
1.      Kontak langsung
Rasa gatal akibat gigitan kutu dan tindakan menggaruk memungkinkan bakteri untuk masuk ke pori kulit. Penyakit ini tak langsung menular, awalnya kutu menginfeksi satu orang dan bakteri berkembangbiak dalam tubuh pasien,lalu kutu berpindah ke orang lain melalui kontak langsung atau melalui pakaian bersama.
Menggaruk dapat menyebabkan serangga hancur dan kotorannya mengkontaminasi kulit. Menghirup debu atau mengucek mata saat tangan terkontaminasi, maka konjungtiva akan terinfeksi.
2.      Melalui Udara
Penyakit demam tifoid ini merupakan jenis penyakit yang menular,orang yang sudah terkena penyakit ini bisa menularkan nya melalui urin ,air liur,dan yang paling mudah adalah melalui udara ketika sedang berdekatan/berbicara dengan orang yang sudah terkena.
3.      Melalui Makanan/Minuman
Penyakit ini menular melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi kuman tifus yaitu Salmonella typhi. Tinja yang mengandung kuman tifus ini mencemari air untuk minum maupun untuk masak dan mencuci makanan. Dapat juga disebabkan karena makanan tersebut disajikan oleh seorang penderita tifus laten (tersembunyi) yang kurang menjaga kebersihan saat memasak.
4.      Melalui vektor
Salmonella thypy masuk melalui mulut, Styphi masuk ke tubuh manusia bersama bahan makanan atau minuman yang tercemar. Cara penyebarannya melalui muntahan, urin, dan kotoran dari penderita yang kemudian secara pasif terbawa oleh lalat (kaki-kaki lalat). Lalat itu mengontaminasi makanan, minuman, sayuran, maupun buah-buahan segar.

C.      CARA KELUAR DAN MASUKNYA PENJAMU PENYAKIT TIFOID
1.      Mukosa/kulit
Kuman salmonella typhi yg masuk ke saluran gastrointestinal akan ditelan oleh sel-sel fagosit ketika masuk melewati mukosa dan oleh makrofag  yang ada didalam lamina propia.
2.      Saluran Pencernaan
Demam tifoid adalah penyakit yang penyebarannya melalui saluran cerna (mulut, esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, dstnya). S typhi masuk ke tubuh manusia bersama bahan makanan atau minuman yang tercemar.
3.      Saluran Pernapasan
Bakteri S. typhi dapat bertahan hidup di lingkungan kering dan beku, peka terhadap proses klorinasi dan pasteurisasi pada suhu 630 C. Organisme ini mampu bertahan beberapa minggu di es, debu, sampah kering, dan pakaian, mampu bertahan di tempat sampah selama satu minggu dan dapat berkembang biak dalam susu, daging atau produknya tanpa merubah warna atau bentuknya. Jika Bakteri S.typhi mapu bertahan beberapa minggu di debu otomatis debu yang terkontaminasi bakteri S. typhi dapat dihirup melaui saluran pernafasan.
4.      Saluran urogenitalia
Masuk dan keluarnya bakteri penyebab penyakit tifoid dapat melalui saluran urogenitalia atau saluran kelamin karena bakteri dapat masuk melalui pakaian dalam yang sudah terkontaminasi oleh bacteria S. thypi dan dapat pula keluar melalui saluran kelamin berupa air seni penderita yang bisa mengandung kuman S typhi yang siap menginfeksi manusia lain melalui makanan atau pun minuman yang dicemari.
5.      Placenta
Transmisi kuman terutama dengan cara menelan makanan atau air yang tercemar tinja manusia. Transmisi secara kongenital dapat terjadi dari seorang ibu yang mengalami bakteriemia kepada bayi dalam kandungan,melalui placenta atau tertular pada saat dilahirkan oleh seorang ibu merupakan karier tifoid dengan rute fekal oral.
D.      BENTUK PEMBAWA KUMAN (CARRIER) PENYAKIT TIFOID
Penderita  tifoid  karier  adalah seseorang yang kotorannya  (feses atau urin) mengandung Salmonella typhi setelah satu tahun pasca demam tifoid, tanpa disertai gejala klinis. Pada penderita demam tifoid yang telah sembuh setelah 2 – 3 bulan masih dapat ditemukan kuman  Salmonella typhi  di feces atau urin. Penderita ini disebut karier pasca penyembuhan. Pada demam tifoid sumber infeksi dari karier kronis adalah kandung empedu dan ginjal (infeksi kronis, batu atau kelainan anatomi). Oleh karena itu apabila terapi medika-mentosa dengan obat anti tifoid gagal, harus dilakukan operasi untuk menghilangkan batu atau memperbaiki kelainan anatominya. Karier dapat dibagi dalam beberapa jenis.
a.    Healthy carrier  (inapparent) adalah  mereka yang dalam sejarahnya tidak pernah menampakkan menderita penyakit tersebut secara klinis akan tetapi mengandung unsur penyebab yang dapat menular pada orang lain, penyakit poliomyelitis, hepatitis B dan meningococcus
b.      Incubatory carrier (masa tunas) adalah mereka yang masih dalam masa tunas, tetapi telah mempunyai potensi untuk menularkan penyakit/ sebagai sumber penularan, seperti pada penyakit cacar air, campak dan pada virus hepatitis.
c.       Convalescent carrier  (baru sembuh klinis) adalah mereka yang baru sembuh dari penyakit menulat tertentu, tetapi masih merupakan sumber penularan penyakit tersebut untuk masa tertentu, yang masa penularannya kemungkinan hanya sampai tiga bulan umpamanya kelompok salmonella, hepatitis B dan pada dipteri.
d.    Chronis carrier (menahun) merupakan sumber penularan yang cukup lama seperti pada penyakit tifus abdominalis dan pada hepatitis B.       


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi, Bacil typhoid. Kuman S. typhi ini merupakan parasit intraseluler fakultatif yang hidup dalam makrofag dapat bertahan hidup selama beberapa hari di air tanah, air permukaan laut atau air laut dan beberapa bulan pada telur dan tiram beku yang terkontaminasi. Kuman Salmonela kemudian menjadi patogenik akibat endotoksin yang dihasilkannya.  Dosis penularannya antara 103 sampai 106 juta kuman yang ditularkan melalui makanan dan air yang tercemar oleh tinja penderita atau carrier

B.     Saran
Sebaiknya setiap orang harus waspada dan selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitarnya agar terhindar dari virus maupun bakteri yang dapat mengakibatkan atau menimbulkan berbagai penyakit yang tidak diinginkan. Dan tentunya sebagai petugas kesehatan yang amat rentan tertular dari penderita harus lebih sigap dan memperhatikan kesterilan.


DAFTAR PUSTAKA
Suparyanto, dr. 2010. Konsep Makanan Sehat. [online]. Tersedia: http://www.blogger.com/profile/07860846197913074475.htm. [06 juli 2010]
Giffari, al. 2010. Demam Tifoid. [online]. Tersedia: http://anugrahgiffariscence.blogspot.com. [27 Desember 2010]
Wulandari, Friska., and Yayan Akhyan Iksar. 2010. Demam Tifoid (tifoid fever). [online]. Tersedia: http://www.Belibis17.blogspot.com. [24 Desember 2011]
http://mikrobia.wordpress.com/2008/05/16/salmonella-thyposa//Salmonella thyposa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar